PRL 2024 Terburuk dari PRL-PRL Sebelumnya
HARI KE-15: Pekan Raya Lampung (PRL) 2024 di PKOR Wayhalim, Bandarlampung, Rabu (5/6).-FOTO M. ARIF/RLMG -
BANDARLAMPUNG - Pekan Raya Lampung (PRL) 2024 yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung dengan pelaksana pihak ketiga, PT Grand Modern Indonesia, dinilai terburuk dari penyelenggaraan PRL-PRL sebelumnya. Pasalnya sudah 13 hari terselenggara hingga Senin (3/6), kondisinya masih terpantau sepi pengunjung.
Kondisi tersebut pun mengundang berbagai keluhan dari semua lapisan masyarakat. Bukan hanya pengunjung dan pedagang, tetapi juga para petugas anjungan PRL setempat.
Bahkan, berbagai keluhanan makin santer disuarakan, terutama bagi mereka yang terlibat langsung dengan PRL 2024. Seperti seorang pedagang yang kembali Radar Lampung temui, Rabu (5/6), di lapaknya yang berada di sekitaran lapangan utama PRL. Sebut saja Robi (nama samaran) yang merasa sangat prihatin terhadap kondisi PRL 2024.
BACA JUGA:Satreskrim Akan Panggil Bupati Musa
Bagaimana tidak, menurutnya gelaran PRL tahun ini jauh dari kata meriah dan ramai dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. ’’Mas lihat saja, buktinya nyata di depan kita. Jarang orang lewat, apalagi mau lalu-lalang," katanya.
Pria yang mengaku telah beberapa tahun ini selalu andil dalam PRL merasakan langsung dampak yang ditimbulkan. Yakni dagangannya yang bahkan dikatakannya jauh dari keuntungan.
"Boro-boro mau untung Mas, yang didapat saja habis untuk operasional sama makan sehari-hari," jelasnya sama seperti diutarakan pedagang-pedagang yang Radar Lampung temui sebelumnya.
Menurutnya itu belum termasuk memikirkan mengembalikan harga sewa tenant yang menurutnya sangat mahal, Rp17 juta.
BACA JUGA:Pemkot Respons Cuti Hamil Bisa 6 Bulan
Senada, Aminah (juga nama samaran) merasakan hal sama. Meski di area yang berbeda, kondisi PRL yang sepi juga sangat dirasakan dampaknya.
Jika tahun-tahun sebelumnya, ia dapat menghasilkan hingga Rp2 juta setiap hari dari dagangannya, namun tidak untuk tahun ini. Wanita yang memang masuk dalam daftar pengisian tenan di setiap penyelenggaraan PRL ini juga merasa sedih.
Aminah mengenang bagaimana seru dan bahagianya berdagang di area PRL pada tahun-tahun sebelumnya. Dimana, ia disibukkan melayani pembeli dibanding mengerjakan hal lainnya.
"Baru tahun ini lah Mas kayak gini, maksimal cuman dapet Rp400 ribu saya," jelasnya.
Tidak jauh beda diakui seorang petugas yang kami temui di Anjungan Pringsewu. Pria yang enggan menyebutkan nama ini bahkan mengenang hampir seluruh tahun penyelenggaraan PRL sebelumnya. "Sekarang Mah nendang bola juga gak akan kena orang di depan. Ini saking sepinya," ungkapnya.