Pemerintah Akan Kembangkan Padi Tiongkok di Kalteng
MENANAM PADI: Petani menanam padi di kawasan Kebonsari, Magelang, Jawa Tengah. -FOTO ROISSATUL FITRI/JAWAPOS.COM-
JAKARTA - Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Yudhistira Nugraha menyatakan tak mempermasalahkan rencana pemerintah yang ingin menggunakan lahan di Kalimantan Tengah (Kalteng) untuk pengembangan sawah padi Tiongkok.
’’Kalau dari sisi varietas sebenarnya tidak masalah karena sebelum dikembangkan pasti ada tahapan pelepasan melalui menteri pertanian," ujarnya saat dihubungi di Jakarta.
Yudhistira menuturkan, varietas padi itu juga akan diverifikasi oleh Tim Penilaian Pelepasan Varietas Tanaman Pangan yang independen melalui pengujian adaptasi dan kesesuaian lingkungan Indonesia apakah cocok atau tidak.
BACA JUGA:Terkesan Mandek, Polda Metro Tegaskan Tak Ada SP3 Kasus Firli
Menurut Yudhistita, varietas yang hendak dikembangkan itu mungkin cocok untuk wilayah Kalteng dengan tipe lahan pasang surut. "Kita lihat saja kalau memang ada varietas yang cocok dikembangkan di Kalteng," ucap Yudhistira.
Lebih lanjut, Yudhistira menyampaikan bahwa sudah ada tanaman padi eksisting yang dikelola petani setempat sampai lahan bukaan dengan kondisi kemasaman tinggi karena lahan sulfat masam.
Tanah sulfat masam atau sulfaquept soils adalah salah satu jenis tanah atau tipologi lahan yang dijumpai di lahan rawa pasang surut. Jenis tanah itu mengandung mineral sulfida besi atau pirit yang familiar disebut emas palsu.
BACA JUGA:Kakanwil Kemenag Lampung Minta Kurangi Acara Seremonial
Orang awam menyebut itu lahan gambut, tetapi sebenarnya lahan tersebut merupakan lahan yang ada campuran tanah mineral karena jika lahan gambut murni tidak mungkin tanaman padi bisa hidup.
Oksidasi pirit menghasilkan ion-ion besi, sulfat, dan hidron, serta meningkatkan keasaman tanah. Pada kondisi lahan sulfat asam itu, kata Yudhistira, petani biasanya hanya menanam varietas lokal. Penduduk asli Suku Banjar menanam padi lokal Siam.
Beberapa varietas padi juga sudah dilepas ke petani, seperti Inpari dan Inpara. Bahkan, sejumlah petani juga menanam padi hibrida. "Setahu saya di Tiongkok tidak ada lahan pasang surut dengan sifat sulfat masam, seperti di Indonesia. Tapi, kita belum tahu seperti apa padinya," ungkap Yudhistira.
Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa Tiongkok bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalteng.
Pemerintah mendorong kolaborasi dalam adopsi modelling Tiongkok dalam bidang riset dan teknologi pertanian serta penguatan kualitas produk pertanian, terutama untuk padi.
Proyek pengembangan padi sawah di Kalteng itu akan dimulai pada Oktober 2024. Adapun lembaga yang ditunjuk untuk mengumpulkan hasil produksi adalah Perum Bulog. (jpc/c1/ful)