ChildFund International Dorong Partisipasi dan Dukungan dari Lebih Banyak Pihak

ChildFund International Dorong Partisipasi dan Dukungan dari Lebih Banyak Pihak--

BANDARLAMPUNG - Hadir di Indonesia sejak tahun 1973, ChildFund International di Indonesia secara konsisten terus berjuang untuk mewujudkan dunia di mana anak-anak bisa mendapatkan hak dan mencapai potensi maksimalnya.

Berbagai program inovatif dihadirkan guna mewujudkan tujuan tersebut. Bekerja sama dengan Yayasan Pembinaan Sosial Katolik (YPSK), Childfund International di Indonesia telah mendampingi anak dan keluarga di 33 desa, 15 kecamatan, 7 kabupaten/ kota di Lampung.

Salah satu program terkini yang dikembangkan YPSK bersama ChildFund International di Indonesia adalah proyek pemulihan hijau (green recovery).

Inisiatif ini dianggap sangat strategis dan inovatif di Indonesia karena berfokus pada membangun kepemimpinan pemuda dalam bisnis hijau yang akan secara langsung berkontribusi pada pengurangan emisi, pembangunan rendah karbon, dan pemulihan nasional dari Covid-19.

“Konteks perubahan iklim mulai diintegrasikan ke dalam konteks program kami. Inisiatif ini secara strategis fokus pada pemanfaatan potensi unik melalui tiga aspek utama, yaitu rantai nilai hijau (green recovery chain), inkubasi bisnis hijau (green business incubation) dan pusat pengembangan pakan ternak.

BACA JUGA:Peringati Hari Kartini, SD Al Kautsar Gelar Karnaval Budaya Nusantara, Pergelaran Seni, dan Fashion Show

Proyek ini mendorong pendekatan yang komprehensif dan berbasis masyarakat untuk pembangunan berkelanjutan, yang akan melibatkan kewirausahaan pemuda, kolaborasi sektor swasta, dan penguatan akses ke sumber daya keuangan,” jelas Purna Adi Swasana selaku Pimpinan Proyek YPSK LDA

Ia menjelaskan saat ini implementasi program green recovery ini masih dalam tahap awal dan membutuhkan waktu panjang untuk mendapatkan dampak meluas. Namun pihaknya optimis dengan program inovatif ini. YPSK sendiri telah mendirikan pusat pelatihan peternakan sapi untuk mendukung inisiatif ini.

Program strategis lainnya mengambil tema penguatan kohesi sosial yang berfokus pada pembangunan perdamaian di Lampung.

BACA JUGA:Indosat Catatkan Peningkatan Trafik Data selama Lebaran Idul Fitri 2024

Proyek Penguatan Kohesi Sosial (SSCP) yang didanai oleh Uni Eropa ini berlangsung dari 2023 hingga Juli 2025, mempromosikan praktik inklusif dan berbasis budaya untuk pencegahan dan penyelesaian konflik di Indonesia dan Timor-Leste. Dalam konteks Indonesia, tujuannya adalah untuk meningkatkan perdamaian dalam masyarakat di Lampung melalui pencegahan konflik berbasis budaya.

“Kami bekerja bersama organisasi-organisasi yang berfokus pada pemuda, sekolah, pejabat pemerintah lokal, pemimpin tradisional dan agama, serta para pemuda pembuat perubahan. Para pembuat perubahan ini akan dilatih untuk memimpin inisiatif pendidikan perdamaian bagi teman sebayanya, menggunakan metode kreatif untuk berinteraksi secara positif dengan para pemimpin dan mengatasi isu-isu yang memengaruhi mereka, “ jelas Purna.

SSCP juga akan melibatkan pemimpin tradisional dan otoritas lokal untuk mempromosikan mekanisme berbasis budaya seperti Piil Pesenggiri di Lampung, memperjuangkan inklusivitas dan adaptasi mereka terhadap kebutuhan semua anggota masyarakat, terutama perempuan, orang dengan disabilitas, dan kelompok-kelompok yang terpinggirkan. Dialog antargenerasi dan kolaborasi akan didorong untuk meningkatkan praktik-praktik ini lebih lanjut.

BACA JUGA:Tak Ada Uang di Kasda Lamtim Jadi Pertanyaan

“Hingga akhir 2023, lebih dari 900 individu telah berpartisipasi dalam berbagai aktivitas yang berlangsung di 23 desa di Lampung,” sambungnya.

Purna menambahkan, program lain yang sukses diimplementasikan di Lampung adalah pengasuhan Responsif.

”Kami meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam melakukan pengasuhan yang layak dan ramah anak, sehingga dapat mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.

Implementasi program dilakukan dengan beberapa tahapan strategi, yakni sosialisasi program kepada Pemerintah desa dan masyarakat, pembentukan dan pelatihan bagi fasilitator program, pembentukan kelompok (terintegrasi dengan kelompok kegiatan yang sudah ada di masyarakat), peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengasuhan bagi orangtua melalui kegiatan sesi rutin menggunakan modul dan monitoring penerapan pola pengasuhan,” ujar Purna.

Berbagai dukungan pun terus hadir, baik dari warga sekitar maupun pemerintah setempat. Pemerintah desa memberikan dukungan kebijakan untuk mobilisasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan program serta anggaran untuk mendukung implementasi kegiatan program.

BACA JUGA:Eks Kasatnarkoba Lamsel Tetap Dihukum Mati

Selain itu, pemerintah setempat juga memberikan dukungan SDM selama pendampingan program, yang dilakukan oleh PLKB Kecamatan kepada kelompok kegiatan pengasuhan.

Husnul Ma’ad selaku Country Director ChildFund International di Indonesia menjelaskan bahwa upaya organisasinya berpusat pada menghubungkan anak-anak dengan komunitas, institusi, dan sumber daya untuk memastikan mereka tumbuh dengan sehat, terdidik, terampil, dan yang terpenting aman, baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun di ranah daring.

“Keberhasilan ChildFund International di Indonesia ini tentunya tidak lepas dari hasil kerja keras seluruh mitra, komunitas, pemerintah, donor, sponsor, dan pemangku kepentingan yang selalu berkomitmen untuk terus mendukung langkah kami.

Untuk itu, kami berterima kasih kepada semua pihak yang senantiasa telah berkontribusi dalam perjalanan ChildFund International selama 50 tahun di Indonesia.

BACA JUGA:Eks Kasatnarkoba Lamsel Tetap Dihukum Mati

Kami berharap kedepannya dukungan ini dapat menginspirasi lebih banyak pihak lainnya untuk ikut mewujudkan dunia di mana anak-anak bisa mendapatkan hak dan kesempatan untuk mencapai potensi maksimal mereka,” pungkasnya.(rls/gar)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan