Pemkab Pringsewu Sukses Kembangkan Padi Teknologi BBM

PANEN RAYA: Asisten Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Pringsewu Drs. Masykur, M.M. mewakili Pj. Bupati Dr. Marindo Kurniawan, S.T., M.M. saat panen raya Padi Sehat Non-Residu Kimia Teknologi BBM di Gapoktan Agung Makmur, Pekon Margodadi, Kecamatan Ambarawa, -FOTO DISKOMINFO PRINGSEWU-

PRINGSEWU - Pemkab Pringsewu sukses mengembangkan Padi Sehat Non-Residu Kimia Teknologi Budi Daya Berbasis Mikroba (Teknologi BBM). Di mana untuk kali keduanya dilakukan panen raya yang bertempat di Gapoktan Agung Makmur, Pekon Margodadi, Kecamatan Ambarawa, Jumat (19/4).

Panen raya dilakukan Asisten Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Pringsewu Drs. Masykur, M.M. mewakili Penjabat (Pj.) Bupati Pringsewu Dr. Marindo Kurniawan, S.T., M.M.

Sebelumnya, Marindo Kurniawan melakukan panen perdana padi organik Gapoktan Agung Makmur di Pekon Tulungagung, Kecamatan Gadingrejo, Kamis (28/3). 

Padi organik dari benih varietas Sintanur bersertifikat Lembaga Sertifikasi Organik (Inovice) ini menggunakan teknologi BBM sebagai pengganti pupuk kimia yang dikembangkan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Pringsewu Jaya Sejahtera (PJS). Panen padi dengan Teknologi BBM dengan pola tanam jajar wayang dengan jarak rapat 10 cm x 28 cm. Di mana, padi yang dihasilkan adalah padi organik. Kemudian usia panen benih padi varietas IR32 (Impari 32) yang normalnya adalah 105- 110 HST (hari setelah tanam), dengan penerapan Teknologi BBM usia panen padi varietas IR32 ini menjadi lebih cepat. Yakni panen usia 98 HST. 

’’Untuk kondisi tanaman padi yang ditanam memperoleh nutrisi cukup baik, batang padi lebih kokoh, dan lebih tahan terhadap hama tanaman. Bahkan sampai saat dipanen masih tumbuh terus anakan susulan yang juga muncul malay dan berisi bulir padi," kata Masykur. 


Pj. Bupati Pringsewu Dr. Marindo Kurniawan, S.T., M.M.-FOTO DISKOMINFO PRINGSEWU-

Masykur mengatakan, penerapan Teknologi BBM pada tanaman padi meningkatkan produktivitas padi yang tentunya bisa menambah pendapatan petani. Dalam panen yang diikuti Kadis Pertanian Siti Litawati, S.P., Ketua Kadin Pringsewu Dody, Direktur BUMD PT PJS Achmad Nur Fikri, S.T., serta camat Ambarawa dan Kapekon Margodadi, Masykur juga mengungkap sejumlah kelebihan penggunaan teknologi ini. Teknologi BBM melalui produk Konsorsium Mikroba Padat (KMP) dan Konsorsium Mikroba Cair (KMC) mampu memperbaiki serta memulihkan lahan pertanian yang kritis atau tandus. Kemudian juga mampu menggantikan pupuk kimia yang harganya mahal dan langka.

Dengan menerapkan pertanian sirkular berkelanjutan dan ramah lingkungan, kata Masykur, meningkatkan mutu dan produktivitas tanaman pangan bebas residu kimia. ’’Bahan baku komponen berlimpah, murah, dan tidak perlu impor. Penerapannya sangat mudah dan sederhana. Dapat diproduksi di mana saja di seluruh Indonesia dan mempercepat hari panen," ujarnya. 

Masykur menyatakan, masih belum banyak petani dan gapoktan yang menggunakan metode ini di Pringsewu. ’’Saya berharap dengan melihat hasil yang diperoleh akan banyak yang mulai beralih dan menerapkan pola budi daya padi ini. Ke depannya, saya akan mengupayakan melalui Dinas Pertanian dan perangkat daerah terkait serta para stakeholder untuk menciptakan dan menjalankan berbagai program pertanian yang bertujuan peningkatan kesejahteraan petani. Yakni melalui pengawalan dan pendampingan terpadu bagi para petani,’’ katanya. 

Masykur mengajak semua pihak terkait bersama-sama mencarikan ide, gagasan, dan inovasi untuk mengatasi berbagai kendala yang masih dihadapi para petani di Pringsewu agar kesejahteraan petani dapat meningkat serta kebutuhan pangan dapat tercukupi. ’’Guna mendukung program Tanaman Padi Sehat Non-Residu Kimia Teknologi BBM di Pringsewu, ditargetkan di masing-masing kecamatan bisa membuat demplot lahan sawah sekitar 5-10 hektare,’’ tegasnya.

Sementara anggota Gapoktan Agung Makmur Pekon Margodadi Sudiro mengatakan, penggunaan teknologi ini cukup menjanjikan hasilnya. ’’Di lahan sawah seluas 1.750 meter persegi dengan menggunakan Teknologi BBM bisa menghasilkan sekitar 1,6 ton. Kalau luasan ¼ hectare, hasil sudah hampir sejajar dengan kimia. Jadi memang beda dengan teknologi-teknologi yang lain. Kita memang betul-betul bisa menerapkan 100 persen," katanya. (sag/c1/ful)

Tag
Share