BI Beri Ketegasan terkait Kestabilan Rupiah

JAGA KESTABILAN: Gubernur BI Perry Warjiyo mengklaim BI menjaga kestabilan rupiah di tengah konflik Israel.-FOTO DOK. BI-

JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan keterlibatan aktif bank sentral di pasar untuk memastikan stabilitas nilai tukar rupiah menghadapi tekanan dari ketidakstabilan global saat ini. Dia menyatakan hal ini setelah menghadiri rapat terbatas yang membahas kondisi global bersama pemerintah di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (16/4).

’’Bank Indonesia akan senantiasa hadir di pasar, mengintervensi baik melalui pasar spot maupun non delivery forward (NDF) untuk memastikan nilai tukar rupiah stabil," ucap Perry di Jakarta.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa koordinasi dengan pemerintah terus dilakukan untuk menjamin kestabilan moneter dan fiskal.

Dalam keterangannya, Perry juga mengungkapkan upaya Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan rupiah, terutama setelah libur Lebaran dan di tengah ketegangan geopolitik di Timur Tengah serta perubahan ekonomi di Amerika Serikat.

BACA JUGA:KAI Divre IV Tanjungkarang Angkut 52.912 Penumpang

Menurut Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Edi Susianto, Selama libur Lebaran, nilai tukar rupiah di pasar non deliverable forward (NDF) di luar negeri mencapai Rp16.100, sehingga membuka nilai rupiah di kisaran itu setelah libur.

Untuk menstabilkan rupiah, Bank Indonesia telah melaksanakan serangkaian intervensi triple di pasar valuta asing, termasuk di pasar spot dan domestic non-deliverable forward (DNDF), guna memelihara keseimbangan antara penawaran dan permintaan valas. 

Nilai tukar rupiah melemah dalam sepekan terakhir terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Pada Minggu (14/4) pagi, nilai tukar rupiah sudah menyentuh angka Rp16 ribu per dolar AS. 

Dikutip dari laporan Google Finance, nilai tukar rupiah per dolar AS mencapai Rp16.117. Berdasarkan keterangan Ibrahim Assuaibi, analis dari Direktur Laba Forexindo Berjangka, pelemahan rupiah terhadap dolar AS sudah diprediksi terjadi di pasar internasional dan dinilai masih wajar. 

BACA JUGA:Perkuat Ekonomi Kreatif, Kemenparekraf Gandeng Northeastern University

Bahkan melemahnya nilai tukar rupiah disebabkan data eksternal seperti inflasi di Amerika Serikat juga tensi geopolitik yang memanas saat ini akibat konflik di Timur Tengah serta perang antara Rusia-Ukraina.

“Ini mengacaukan perekonomian global, sehingga banyak yang beralih ke dollar, sehingga dollar mengalami penguatan cukup tajam dan orang beralih berinvestasi dengan dollar serta meninggalkan mata uang yang melawan dollar, salah satunya rupiah,” ungkap Ibrahim dalam keterangan tertulisnya dikutip, Minggu 14 Maret 2024. 

Ibrahim juga menguraikan penyebab melemahnya rupiah terhadap dollar, salah satunya karena Indonesia sedang libur panjang Lebaran Idul Fitri 2024. Situasi libur panjang menyebabkan terhentinya aktivitas perdagangan rupiah dalam negeri yang menyebabkan tidak adanya perlawanan nilai tukar terhadap dollar.

“Apalagi libur atau cuti bersama begitu lama hampir dua minggu, situasi ini dimanfaatkan oleh para spekulan, Indonesia sedang, libur dan tidak ada pasar , sehingga di situlah tidak ada yang melawan dollar, sehingga dollar terus mengalami penguatan,” sambung Ibrahim.

Tag
Share