Tokoh Agama Harus Bijak Sikapi Isu Sensitif Keagamaan
HALALBIHALAL: Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Lampung Puji Raharjo menyampaikan sambutan dalam acara Halalbihalal Pengurus MUI Provinsi Lampung di Resto Rumah Kayu, Bandarlampung, Senin (15/4).--FOTO HUMAS KEMENAG LAMPUNG
BANDARLAMPUNG - Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat saat ini menjadikan ragam informasi dan isu mudah tersebar melalui berbagai platform media. Diperlukan sikap kehati-hatian dalam menyikapinya, khususnya isu sensitif terkait masalah agama.
Terkait hal ini, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung Puji Raharjo mengajak para tokoh agama untuk menjadi teladan dan bijak menyikapi ini semua. Contoh yang bisa diberikan di antaranya dengan memberi pencerahan dan bermuamalah yang tepat di media sosial.
Menurut Puji Rahrjo, Majelis Ulama Indonesia (MUI) beserta para pengurusnya merupakan partner strategis terkait hal ini. MUI bersama Kemenag memiliki peran vital untuk membersamai umat dengan berbagai pencerahannya.
"Banyak isu agama saat ini yang sensitif dan mudah berkembang. Keterlibatan MUI sangat penting dalam menyikapi hal ini agar tidak menjadi bahan 'gorengan' di media sosial," ungkap Puji Raharjo pada acara Halalbihalal Pengurus MUI Provinsi Lampung di Resto Rumah Kayu, Bandarlampung, Senin (15/4).
Selama ini, kata Puji Raharjo, MUI menjadi perekat dan penyejuk serta menjadi rumah besar umat Islam. Ia menilai berbagai fenomena keagamaan yang ada di Lampung mampu ditangani dengan baik melalui koordinasi stakeholder, khususnya para tokoh MUI.
"Ketua MUI Lampung sering dimintai solusi dan pencerahan. Alhamdulillah, mampu menjawab dengan sejuk berbagai masalah keagamaan yang setiap saat bisa dengan mudah viral," ungkap Puji Raharjo.
Terlebih di Lampung yang merupakan miniatur keragaman di Indonesia, kata Puji Rahrjo, isu-isu keagamaan dan keragaman dalam berbagai hal cenderung mudah muncul. ’’Namun, selama ini bisa ditangani dengan baik,’’katanya.
Sementara Ketua Umum MUI Provinsi Lampung Prof. K.H. Moh. Mukri mengatakan, di era digital saat ini kebaikan harus disebarkan dan diviralkan. ’’Jangan sampai keburukan yang mendominasi dunia nyata dan dunia maya. Kita harus menjadi bagian dari terselenggaranya kebaikan. Kebaikan jangan hanya diomongkan, kebaikan harus diviralkan," katanya pada acara bertema Merajut Kebersamaan, Raih Keberkahan ini.
Terlebih kepada para tokoh agama, khususnya pengurus MUI, ketua PBNU ini meminta agar mereka menjadi penyejuk dan pencerah dari berbagai masalah yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Masalah ini, menurutnya, sering muncul karena perbedaan pandangan dan pilihan yang bersifat subjektif.
Tokoh agama harus mampu menjadi contoh bermuamalah yang baik di dunia maya dan dunia nyata. Ia berharap pengurus MUI tidak malah menjadi provokator dalam menyikapi berbagai macam pro-kontra informasi yang berbeda dalam menyikapinya.
"Sampai kiamat, perbedaan itu pasti ada karena sudah disebutkan dalam Alquran. Namun, Allah telah mengingatkan perbedaan bukan untuk dipertentangkan. Kita diingatkan untuk senantiasa bersatu dan tidak bercerai-berai," kata Prof. Mukri.
Prof. Mukri pun mengingatkan bahwa MUI sebagai payung besar umat Islam harus benar-benar dijadikan sebagai organisasi ulama yang mampu benar-benar mengayomi. (rls/c1)