Ramadan Berlalu, Kebaikan Terus Melaju
Guru Al-Wildan Islamic School 14 Bumi Mutiara Bogor, Dai BRTV, penerjemah, founder Sharia Community, Khalifurrahman Fath.-Foto Ist-
Oleh:
Khalifurrahman Fath
(Guru Al-Wildan Islamic School 14 Bumi Mutiara Bogor, Dai BRTV, penerjemah, founder Sharia Community)
BANDAR LAMPUNG, RADAR LAMPUNG - Akhir Ramadan menjadi masa-masa paling berkecamuk, antara sedih dan bahagia.
Sedih, karena sebentar lagi Ramadan akan segera pergi. Bahagia, karena Idul Fitri akan segera tiba.
Itulah hari kemenangan kita menaklukkan lapar dan dahaga selama satu bulan yang menjadi simbolisasi nafsu duniawi.
Tingkat kesedihan setiap orang akan berbeda-beda. Bahkan, pada satu orang yang sama, dari tahun ke tahun juga tidak sama.
Tingkatan ini selaras dengan unsur di dalam Ramadan yang dirasa akan segera hilang. Dalam arti kata, tidak akan dijumpai lagi hal semacam itu di luar Ramadan.
Bagi yang menjalani Ramadan biasa-biasa saja, mungkin tingkat kesedihan ditinggalkan Ramadan juga akan terasa biasa saja.
Namun, bagi yang bergembira menyambut Ramadan, kemudian mengoptimalkan banyak ibadah dan kebajikan di bulan yang mulia ini, maka kehilangan Ramadan tentu akan menjadi kehilangan yang sangat besar.
Tak heran bila para ulama dan ahli ibadah banyak menangis di akhir bulan Ramadan ini.
Dikutip dari buku The Power of Ramadhan, Dr. Syamsul Yakin, M.A. menceritakan kisah Rasulullah SAW bersama para sahabat yang diriwayatkan dari Jabir.
Suatu hari, Rasulullah SAW pernah berkata kepada para sahabat: “Di akhir Ramadan, langit, bumi, dan malaikat menangis, karena musibah menimpa umat Muhammad SAW.”