Ramadan dan Hakikat Kehidupan
Dosen Pascasarjana STIT Sirojul Falah, Bogor Dr. Abd Misno, S.H.I., S.E., M.E.I., M.H. -Foto Ist-
Oleh:
Dr. Abd Misno, S.H.I., S.E., M.E.I., M.H.
(Dosen Pascasarjana STIT Sirojul Falah, Bogor)
BANDAR LAMPUNG, RADAR LAMPUNG - Tidak terasa Ramadan tahun 1445 H/2024 M telah memasuki paruh ke-4. Maknanya, tidak berapa lama lagi Ramadan akan meninggalkan kita.
Ada banyak hal yang sudah kita lakukan untuk mengisi bulan mulia ini. Namun lebih banyak hal yang belum kita lakukan untuk mendapatkan ampunan di bulan penuh keberkahan ini.
Tidaklah berlebihan ketika euforia Ramadan begitu terasa di setiap media. Tradisi masyarakat untuk mengisi Ramadan di negeri ini memang begitu meriah, dari yang syar’i hingga yang menyelisihi bulan mulia ini.
Ramadan sebagai bulan penuh keberkahan akan semakin bermakna ketika digunakan untuk introspeksi diri tentang hakikat kehidupan ini.
Hidup yang kita rasakan ini pada hakikatnya adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan rona suka dan duka.
Ada bahagia ada sengsara, terkadang suka menyapa namun tidak jarang duka menimpa.
Sesuatu yang sangat kita harapkan seringkali terluput dari kehidupan. Sementara hal-hal yang tidak diinginkan menyapa tanpa bisa dihindarkan.
Itulah kehidupan, ia adalah misteri yang tidak ada seorangpun bisa mengetahui. Tidak para malaikat, tidak pula seorang Nabi, bahkan syaitan yang suka mencuri berita dari langitpun tidak bisa mengetahui apalagi para dukun yang hanya mengutip dari para pembisik alam syaithani.
Silih bergantinya rona kehidupan menjadikan kehidupan kita semakin kaya dengan pengalaman. Ia ibarat guru yang memberikan pelajaran tanpa kenal bosan, bahkan ia mendidik kita untuk bisa memahami apa sebenarnya pelajaran yang bisa kita cerna hari ini.
Kehidupan mengajarkan kepada kita bahwa manusia itu sangat lemah, penuh kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Semua orang termasuk diri kita berada di ranah kekurangan ini.