BKSDA Klaim Sudah Kerja Maksimal, tapi Hasil Nihil
BELUM ADA HASIL: Kandang jebak harimau yang dipasang pihak BKSDA Bengkulu SKW III Lampung di Kecamatan Bandarnegeri Suoh dan Suoh, Lambar. -FOTO IST -
LIWA – Mengklaim sudah bekerja maksimal, tetapi hasilnya masih nihil alias belum ada. Itulah yang terjadi pada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu SKW III Lampung dalam mengatasi konflik satwa buas dengan manusia di Kecamatan Bandarnegeri Suoh dan Suoh, Lampung Barat (Lambar).
Sehingga saat disoroti masyarakat lepas tangan terhadap masalah tersebut, pihak BKSDA Bengkulu SKW III Lampung pun tidak menerimanya. Ini sebagaimana rilis yang diterima Radar Lampung, Apriyan Sucipto, S.H., M.H. dari Mitigasi Konflik Satwa Harimau Sumatra BKSDA Bengkulu SKW III Lampung di Suoh menyampaikan bahwa SKW III Lampung sudah bekerja semaksimal mungkin sebagai upaya penanggulangan konflik satwa di Suoh dan BNS. Menurutnya SKW III bersama tim Gugus Tugas sudah bekerja sesuai prosedur yang sudah disepakati antara TNI, POLRI, TNBBS, TSI, Pemda Kabupaten Lamlung Barat, dan jajarannya.
“Sampai hari ini (kemarin) sudah 6 kandang terpasang aktif pada beberapa lokasi di Suoh dan BNS. Empat di antaranya kandang besi dan 2 kandang rakitan hasil inisiatif dari TSI (Taman Safari Indonesia),” sebutnya.
Lanjutnya, hasil kesepakatan Tim Gugus Tugas, tim terbagi menjadi 3. Masing-masing Tim 1 Susur Tapak Satwa HS, Tim 2 Verifikasi dan Instal Kandang Jebak di sekitar Temuan Tapak, serta Tim 3 Blokade dan sosialisasi ke masyarakat untuk Penanggulangan Konflik Satwa.
BACA JUGA:Dimudahkan E-KPB, Petani Ucap Terima Kasih Pak Gubernur Arinal
“Pemberitaan negatif yang diutarakan Sugeng (tokoh masyarakat Suwoh, red) tidak sesuai dengan fakta di lapangan,” katanya.
Pernyataan tersebut, sambungnya, malah membuat gaduh suasana tim yang bekerja di lapangan. Sebaiknya yang bersangkutan tidak memberikan komentar negatif. “Harusnya beliau (Sugeng) sebagai tokoh masyarakat dapat memberikan sikap positif yang bisa memberikan energi positif kepada tim dan memenangkan masyarakat setempat,” tandasnya.
Sebelumnya, Sugeng Hari Kinaryo Adi yang juga anggota DPRD Lambar sekaligus pembina Satgas Penanganan Konflik Satwa di Kecamatan Suoh dan Bandar Negeri Suoh, Lambar mengaku geram dengan apa yang dilakukan BKSDA Lampung-Bengkulu yang menurutnya setengah hati dalam penanganan konflik satwa di wilayah itu.
Menurut Sugeng, BKSDA tidak pernah serius menangani konflik satwa di Kecamatan Suoh dan BNS. Bahkan saat ini upaya-upaya penanganan konflik satwa dan manusia hanya dilakukan tim gabungan yang terdiri dari Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Delatan (TNBBS), TNI, Polri dan Satgas.
BACA JUGA:Luapan Way Melebui Gerus Jembatan, Bahaya jika Truk Melintas!
Politisi PDIP tersebut juga tak segan menyebut BKSDA lepas tanggung jawab terkait konflik satwa yang terjadi. Bukan tanpa alasan, Sugeng membeberkan mulai dari konflik gajah liar dan manusia hingga harimau dan manusia. Menurutnya, konflik gajah liar-manusia saja sudah terjadi lima tahun terakhir belum ada langkah konkret dari BKSDA. Hanya sempat memasang GPS Collar dan saat ini 18 ekor kawanan gajah liar tersebut sudah tanpa GPS Collar dan sudah banyak merugikan masyarakat karena memasuki areal pertanian yang menjadi mata pencaharian terbesar penduduk.
Selanjutnya terkait konflik harimau yang telah memakan dua korban jiwa. Sebelumnya telah dilakukan pembentukan tim dimana BKSDA dilibatkan bahkan diharapkan memotori penanganan. “Tetapi, mereka seperti setengah hati, hanya beberapa hari saja di Suoh dan BNS ini. Itu pun dengan jumlah personel sedikit dan tidak pernah bergabung dengan tim lain.
“Saya tanyakan dengan tim, mereka dari BKSDA memang hanya sekitar tiga hari. Lalu entah kemana, selama mereka di sini (Suwoh) juga tidak pernah bergabung dengan tim,” kata Sugeng melanjutkan.
Terakhir, konflik beruang-manusia dimana dua ekor kambing milik masyarakat mati dengan kondisi mengenaskan. Dalam konflik ini tidak ada tanda-tanda dari BKSDA turun dan mencari solusi agar tidak konflik tersebut tidak terus terjadi.