Mengenal Tradisi Melasti saat Nyepi
-foto net-
MELASTI merupakan salah satu tradisi yang sangat penting dalam budaya Bali.
Tradisi ini dilakukan oleh umat Hindu Bali sebagai persiapan menyambut Hari Raya Nyepi, tahun baru Saka, dalam penanggalan Hindu.
Melasti sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Bali, yaitu "mala" yang berarti "menyucikan" dan "asti" yang berarti "benda", sehingga secara harfiah berarti "menyucikan benda".
Melasti memiliki makna yang sangat dalam bagi umat Hindu di Indonesia, khususnya di Bali.
BACA JUGA:Rayakan Nyepi, Kedepankan Moderasi Umat Beragama di Lampung
Ritual ini dilakukan untuk menyucikan diri dari dosa dan membersihkan alam semesta dari segala kejahatan.
Selain itu, Melasti juga menjadi momen untuk menghormati dewa-dewa laut, terutama Dewa Baruna, yang dipercaya sebagai penguasa lautan dan pengendali air.
Prosesi Melasti biasanya dilakukan beberapa hari sebelum Hari Raya Nyepi. Umat Hindu Bali berkumpul di pantai atau sumber air suci yang dipercaya untuk melakukan ritual penyucian.
Mereka membawa berbagai macam barang suci dan persembahan, seperti patung-patung dewa, kain-kain warna-warni, bunga, dan dupa.
Selama prosesi Melasti, umat Hindu Bali juga mengadakan upacara-upacara keagamaan, termasuk tarian-tarian sakral.
Suasana penuh kekhusyukan dan keharuan menyertai setiap langkah dalam ritual ini. Para pemimpin rohani, biasanya para pendeta atau pemangku adat, memimpin prosesi dengan penuh khidmat.
Melasti bukan hanya sekadar tradisi keagamaan, namun juga mengandung pesan kemanusiaan yang dalam.
Prosesi Melasti biasanya dilakukan beberapa hari sebelum Hari Raya Nyepi. Seluruh komunitas Hindu Bali berkumpul di pantai atau sumber air suci, seperti sungai atau danau, untuk melakukan ritual pembersihan ini. Mereka membawa berbagai barang suci, termasuk patung-patung dewa dan dewi dari pura-pura (tempat ibadah Hindu Bali), serta benda-benda suci lainnya.
Dalam prosesi Melasti, umat Hindu melakukan berbagai ritual, termasuk bersembahyang, menyanyikan mantra, dan melakukan persembahan kepada para dewa. Kemudian, mereka memasuki air dengan membawa barang-barang suci untuk membersihkan diri dan benda-benda tersebut dari segala dosa dan kekotoran spiritual. Air dianggap memiliki kekuatan suci yang mampu membersihkan dan menyucikan jiwa.