Fasilitas Perkuliahan Itera Porak-poranda
AKIBAT HUJAN DAN ANGIN: Kondisi salah satu ruangan perkuliahan di gedung C Itera yang porak-poranda hingga Kamis (2/11).-FOTO MELIDA ROHLITA/RADAR LAMPUNG-
BANDARLAMPUNG - Intensitas hujan dan angin cukup kencang yang terjadi Rabu (1/11) menyebabkan beberapa fasilitas dan gedung perkuliahan di Institut Teknologi Sumatera (Itera) rusak parah. Terutama pada gedung C yang merupakan hibah dari Pemerintah Kota Bandarlampung.
Pantauan Radar Lampung, Kamis (2/11), kaca setinggi 20 meter di lobi gedung C pun pecah seketika dan membutuhkan 10 tong sampah besar untuk membersihkan pecahannya. Begitu juga pada tiga ruang perkuliahannya yang terlihat porak-poranda. Plafonnya yang terbuat dari gipsum ambruk dan menimpa kursi-kursi perkuliahan hingga berserakan.
Humas Itera Rudiansyah pun mengamini adanya peristiwa pada Rabu (1/11) pukul 12.30 WIB di kampus setempat. ’’Kemarin (Rabu, Red) memang terjadi hujan disertai angin kencang atau bisa kita bilang badai yang cukup ekstrem di Itera hingga mengakibatkan beberapa kerusakan fasilitas dan gedung kampus," katanya saat ditemui di kampus setempat, Kamis (2/11).
Beberapa kerusakan dimaksud selain yang disebutkan di atas, Rudi mengungkapkan tiga ruang perkuliahan yang rusak di gedung D. Lalu pintu di gedung kuliah umum dan laboratorium teknik, beberapa tiang listrik dan pohon, serta ratusan motor yang terparkir juga roboh.
Beruntung kejadian itu tidak memakan korban. Sebab tidak ada mahasiswa atau dosen yang melintas di lokasi-lokasi tersebut. ’’Alhamdulillah tidak ada korban ketika cuaca ekstrem tersebut berlangsung di Itera," tuturnya.
Ditambahkan staf K3L Itera Bayu Mudya Jaya Pradhana, pasca kejadian tersebut pihaknya langsung mensterilkan lokasi guna memastikan tidak ada orang yang terluka. ’’Kami langsung melakukan pengamanan dengan memberi garis jarak guna mencegah mahasiswa dan dosen terluka akibat pecahan kaca," ujarnya seraya mengatakan kini pihaknya masih mengupayakan perbaikan sehingga hal tersebut tidak mengganggu perkuliahan.
Ditanya mengapa bencana ini bisa terjadi pada Itera saja, Bayu menjelaskan jika lahan Itera kini masih lengang, ditambah pepohonan yang masih kecil sehingga memungkinkan hujan dan angin kencang lebih besar intensitasnya dibanding wilayah lain.
’’Kenapa bisa sangat kencang, itu bisa saja terjadi mengingat lahan Itera yang masih sangat terbuka dan pepohonan yang masih kecil sehingga hujan dan angin lebih besar ke sini. Dan untuk struktur bangunan rencananya ada perbaikan, tetapi masih kita rapatkan. Untuk kerugian belum bisa ditafsirkan, masih dibersihkan," bebernya.
Lebih jauh, untuk mengantisipasi hal ini terjadi lagi, Itera sendiri bakal melibatkan UPT MKG-nya untuk memantau perubahan cauaca, mengingat musim hujan segera tiba. ’’Itera melalui UPT MKG bakal memberikan pemantauan dini supaya bisa mendeteksi cuaca ekstrem dan perubahan cuaca lainnya. Terlebih kini mendekati musim penghujan dan akan disebarkan kepada masyarakat serta berkoordinasi dengan BMKG," pungkasnya. (mel/c1/rim)