Tak Tahu Praktik Prostitusi Masih Ada
SIKAPI PEMANDANGAN: Sekkot Bandarlampung Iwan Gunawan di depan kantornya, Senin (4/3).-FOTO MELIDA ROHLITA/RADAR LAMPUNG-
’’Mampir Bang, sini aja sama Bunga (nama samaran, Red),” kata wanita yang berada di teras rumah lainnya sambil menyebutkan namanya.
BACA JUGA:Bawaslu Lambar Temukan Pergeseran Suara Caleg
’’Abang mau cari yang kayak mana? Yang muda, yang dewasa, atau gimana? Bilang aja, Bang,” ucap wanita lain di ujung gang.
Namun, ada juga beberapa wanita yang seakan cuek dan membiarkan pengunjung melewati tempatnya. Ada juga yang memberi tawaran dengan serius agar pengunjung benar-benar berhenti di tempatnya dan memakai jasanya.
Wartawan koran ini kemudian tertuju pada dua gadis cantik yang tampak masih muda di depan rumah di tengah gang. Keduanya menyambut dengan senyuman manis, sapaan yang akrab, serta sikap centil cukup menggoda.
Percakapan pun dibuka. Mulai bersalaman, sedikit berbasa-basi tentang kabar yang dilanjutkan dengan tawar-menawar harga.
BACA JUGA:Beras Penyumbang Inflasi Terbesar Februari
Rupanya, wanita dengan tampilan memesona ini memiliki dua jenis pelayanan yang ditawarkan kepada pengunjung. Yaitu pelayanan yang biasa disebut dengan istilah short time dan long time dengan harga masing-masing berbeda.
Penasaran, tim Radar Lampung mencoba menggali lebih dalam tentang dua istilah dari pelayanan yang ditawarkan tersebut. Short time merupakan istilah untuk pelayanan yang akan diberikan hanya untuk mencapai puncak kepuasan pengunjung, biasanya dilakukan dan berlangsung cepat dan tergesa-gesa. Sementara, pelayanan lainnya merupakan pelayanan full service yang biasanya dilakukan setidaknya selama satu jam.
Harga keduanya juga berbeda. Untuk short time kisaran Rp200–300 ribu. Sedangkan, full service di kisaran Rp400– 500 ribu untuk satu jam. Harga tersebut belum termasuk tambahan uang kamar yang akan mereka kenai sebesar Rp100 ribu.
Masing-masing pengunjung kemudian diarahkan masuk sebuah kamar yang remang dihiasi lampu kerlap-kerlip. Di dalam barulah diketahui bahwa pengunjung juga akan ditawari minuman beralkohol.
Mereka beralasan dengan mengonsumsi minuman akan membuat suasana dan permainan menjadi semakin bergairah. Harga minuman berupa bir dan anggur itu berkisar Rp100–150 ribu. Tergantung mereknya.
Dari percakapan tim Radar Lampung dengan beberapa wanita di sana, mereka berasal dari daerah berbeda. Ada penduduk asli yang berasal dari daerah sekitar. Ada juga yang berasal dari Pulau Jawa seperti Jakarta dan Palembang, Sumatera Selatan.
Pilihannya banyak. Ada yang muda berusia mulai 20 tahun, usia 30-an tahun, hingga usia di atas tersebut.
Ironisnya dari setiap percakapan dengan mereka terungkap bahwa tempat tersebut diperkirakan tetap beroperasi di bulan suci Ramadan. ’’Tetap buka kok Bang, pelanggan kita kan banyak. Mungkin juga ada yang non-muslim yang datang ke sini,” jelas Bunga (nama samaran).