BRIN Ungkap Pemicu Awal Puasa Ramadan Tahun Ini Berpotensi Tidak Serentak
--
JAKARTA - Perbedaan penetapan hari besar Islam tahun ini kembali terjadi. Tahun ini hampir dipastikan umat Islam akan mengawali puasa (1 Ramadan 1445 Hijriah) tidak serentak. Versi Muhammadiyah, 1 Ramadan atau awal puasa jatuh pada Senin, 11 Maret. Sedangkan pemerintah dan NU diperkirakan mengawali puasa pada 12 Maret.
Ketetapan awal puasa oleh Muhammadiyah itu beredar di masyarakat. Ormas Islam berlogo sinar matahari tersebut juga sudah menetapkan 1 Syawal atau Idul Fitri jatuh pada 10 April. Muhammadiyah juga menetapkan 10 Zulhijah atau Idul Adha pada 17 Juni.
Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 11 Maret karena hilal sudah di atas ufuk pada 10 Maret (29 Syakban) atau sudah wujud. Posisi ketinggian hilal itu menggunakan pendekatan hisab.
BACA JUGA:Pemkot Minta Bongkar Rumah Tidak Berizin di Pinggir Pantai
Guru besar riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin mengatakan, potensi perbedaan awal puasa sangat mungkin terjadi. Dari tulisan yang dia buat 10 Juli 2023 lalu, 1 Ramadan jatuh pada 12 Maret. ’’Pada saat magrib 10 Maret, posisi bulan di Indonesia hanya sekitar 1 derajat atau kurang,’’ katanya.
Dengan posisi itu, belum memenuhi kriteria yang ditetapkan MABIMS. Thomas juga mengatakan bahwa kriteria yang diadopsi pemerintah Indonesia adalah tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi geosentrik minimal 6,4 derajat. Dia menyebut, selama tinggi hilal sudah di atas kriteria itu, hilal bisa dilihat atau dirukyat.
’’Asal sudah di atas kriteria, biasanya ada yang mengaku melihat hilal dan bisa diterima di sidang isbat,’’ tuturnya. Tetapi, ketika hilal masih di bawah kriteria MABIMS itu, apalagi di bawah 1 derajat, sulit dilihat atau dirukyat. Sehingga nanti saat sidang isbat Kementerian Agama, tidak ada yang melapor berhasil melihat hilal. Untuk Idul Fitri, Thomas mengatakan kemungkinan akan serentak. ’’Insya Allah Idul Fitri serentak 10 April,’’ ungkapnya.
BACA JUGA:Hilirisasi Penelitian Harus Ada Target
Merujuk hasil hisab Muhammadiyah, tinggi hilal pada 9 April (29 Ramadan) mencapai 6 derajat lebih. Dengan ketinggian seperti itu, hilal dengan mudah untuk dilihat. Sehingga Lebaran versi Muhammadiyah maupun pemerintah dan NU nanti jatuh pada 10 April.
Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin mengatakan, metode yang digunakan pemerintah adalah hisab dan rukyat. ’’Jadi (penetapan awal puasa) masih menunggu sidang isbat,’’ ujarnya. Masyarakat bisa menunggu hasil sidang isbat dan keputusannya akan disampaikan secara terbuka ke publik. (jpc/c1/ful)