Stockpile Batu Bara Masih Beraktivitas
MASIH BERAKTIVITAS: Stockpile batu bara milik PT Global Mahardika Logistik di Jl. Yos Sudarso, Waylunik, Panjang, Bandarlampung, Senin (8/1).-FOTO M. ARIEF/RADAR LAMPUNG-
’’Wah, sampai masuk dalam rumah Mas. Sudah enggak ngerti lagi saya,” katanya saat ditemui Radar Lampung tidak jauh dari kediamannya, Selasa (2/1).
Debu-debu tersebut dikatakannya sering melebihi batas ketika mengotori rumah-rumah warga. Di rumahnya sendiri, debu-debu dari tempat penampungan sementara baru bara tak hanya mengotori atap. Tetapi juga dinding, lantai dalam rumah, dan semua benda yang ada di sekitar rumah, termasuk tanaman.
’’Kalau enggak cepat kita sapu Mas, jalan di lantai itu langsung kelihatan cap kaki yang abis kita lewatin saking tebalnya debu," jelasnya.
Belum lagi warga sekitar yang terdampak oleh debu sampai mengalami sakit gangguan pernapasan. ’’Kalau sakit udah sering Mas. Anak saya termasuk yang sering ke puskesmas," tuturnya.
Menurutnya, warga di sekitar termasuk dirinya sudah tidak memiliki keinginan lain selain stockpile segera ditutup. Mereka pun sudah beberapa kali mencoba protes dengan berbagai cara. Mulai mendatangi kantor kelurahan hingga melakukan demonstrasi, tetapi tak juga mendapat hasil yang diharapkan.
Terkait jika diberikan kompensasi akibat debu yang ditimbulkan oleh keberadaan stockpile itu, warga ini mengaku akan menolaknya. ’’Enggak peduli soal kompensasi Mas, maunya ditutup ajalah. Soalnya kan dampaknya bisa berkali-kali lipat itu," ujarnya.
’’Bayangin, keluarga kita sakit, mesti berobat. Kalau sakit ya berobat lagi, ya enggak sebanding Mas," lanjutnya.
Warga lain yang ditemui juga mengamini apa yang disampaikan sumber pertama tersebut. ’’Kami udah capek Mas protes sana-sini, tetapi ya tetep aja itu (stockpile) masih ada. Warga masih kesusahan," jelasnya.
Dikatakannya, warga sekitar sudah melakukan protes sejak keberadaan stockpile di daerah sekitar hanya satu. Protes itu tidak mendapat hasil yang baik, justru keberadaan stockpile bertambah lagi satu. ’’Dari yang pertama itu juga kita sudah protes, eh tiba-tiba malah tambah lagi satu dekat sini, ya gimana," katanya.
Stockpile yang sudah ada sebelumnya, lanjutnya, milik PT Global Mahardika Logistik. Lalu stockpile berikutnya milik PT Sentral Mitra Energi yang baru berjalan sekitar 8 bulan ke belakang.
"Yang satu kan udah lama, nah yang baru ini belum ada setahun, sekitar 8 bulan. Itu masalahnya yang lama aja kita protes gak digubris, kok malah nongol yang baru," ujarnya.
Secara acak, Radar Lampung mencari sumber lain yang juga terpercaya di daerah sekitar Ketapang Kuala. Warga yang juga enggan menyebutkan identitasnya itu masih sependapat dengan dua sumber lain yang Radar Lampung temui.
Diakuinya warga Ketapang Kuala seperti tak memiliki kekuatan saat melakukan protes. Justru diabaikan.
Sehingga, mereka mempertanyakan kinerja pemerintah yang dinilai tak mempedulikan masyarakat yang tinggal di sekitar. "Kita kan jadi bingung, itu izinnya gimana, (stockpile) yang pertama aja kita protes, ini kok malah buka lagi (stockpile) yang baru, izinnya gimana itu," jelasnya.
Sumber ini menjelaskan bahwa warga di sekitar daerah Ketapang Kuala sebenarnya sudah sangat geram. Selain mengotori rumah, debu-debu yang ditimbulkan dari batu bara yang berada di stockpile juga berdampak pada kesehatan. "Bukan sedikit Mas, mungkin udah ratusan warga yang berobat ke puskes karena gangguan pernafasan," katanya.