Banjir Sumatera, 564 Warga Masih Hilang

BUKA AKSES: Pemerintah mempercepat pembukaan akses menuju Aceh Tamiang, guna mempercepat masuknya logistik ke daerah bencana. FOTO HO/ISTIMEWA --

JAKARTA – Banjir bandang dan longsor yang selama lebih dari sepekan menghantam Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat masih menimbulkan dampak besar di berbagai wilayah.

Korban jiwa terus bertambah, sementara kerusakan infrastruktur meluas dari hari ke hari.

Menurut data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Kamis (4/12), bencana hidrometeorologi yang dipicu hujan ekstrem sejak akhir November 2025 itu telah menewaskan 776 orang dan membuat 564 warga lainnya belum berhasil ditemukan.

Sementara itu, 2.600 orang mengalami luka-luka akibat derasnya arus banjir maupun material longsor.

Dari total 50 kabupaten/kota yang terdampak, sedikitnya 10.400 rumah rusak.

Selain permukiman, bencana ini juga memukul fasilitas umum dan layanan dasar: 354 fasilitas publik, 132 rumah ibadah, 9 fasilitas kesehatan, serta 100 gedung pemerintahan dan kantor mengalami kerusakan.

Di bidang pendidikan, 213 sekolah tercatat terdampak, sementara 295 jembatan kini tidak dapat digunakan.

Sumatera Utara menjadi provinsi dengan korban jiwa terbanyak, yakni 299 orang.

Luasnya area banjir, curah hujan yang sangat tinggi, serta padatnya permukiman di kawasan aliran sungai memperbesar dampaknya.

Di Aceh, 277 warga meninggal, disusul Sumatera Barat dengan 200 korban meninggal.

Jika dirinci per wilayah, Kabupaten Agam di Sumatera Barat merupakan daerah dengan jumlah korban meninggal paling banyak, yakni 147 orang.

Banjir bandang yang membawa material lumpur dan kayu dalam jumlah besar membuat banyak penduduk tidak sempat menyelamatkan diri.

Di Aceh Utara, 112 jiwa dilaporkan meninggal, sementara Tapanuli Tengah di Sumatera Utara mencatat 86 korban.

Banyaknya jembatan putus dan akses jalan yang rusak memperlambat proses evakuasi di hari-hari awal bencana.

Tag
Share