SDM Jadi Tantangan Perajin Tapis
Desti Septina (40), pemilik usaha Desti Tapis di Fajarbaru, Kecamatan Jatiagung, Lampung Selatan.--FOTO SINTIA MAHARANI
LAMSEL - Tapis merupakan kain tenun tradisional khas Lampung yang dibuat dari tenunan benang kapas dan hiasan sulaman benang emas. Tidak banyak perajin tapis di Sai Bumi Ruwa Jurai ini.
Salah satunya Desti Septina (40), pemilik usaha Desti Tapis di Fajarbaru, Kecamatan Jatiagung, Lampung Selatan. Desti mengatakan bahwa usahanya dirintis sejak 2016 berbekal ilmu dari orang tua.
Saat ini, Desti mampu membuka lapangan pekerjaan bagi perajin tapis dengan jumlah tujuh orang. Home industry kain tapis milik Desti berada di Kecamatan Pardasuka, Pringsewu. Pasalnya, di Kecamatan Pardasuka sumber daya manusia (SDM)-nya lebih memadai. Produk yang dihasilkan fokus pada kain sarung tapis.
Desti menyatakan memulai usaha seorang diri bermodalkan Rp500.000. Setelah mendapat banyak orderan dan dirasa membutuhkan tenaga tambahan, barulah Desti berani mempekerjakan perajin dengan sistem upah. "Jadi untuk perajin, sistemnya upah. Bukan gaji bulanan. Perajin mendapatkan upah sesuai dengan berapa banyak jumlah produk yang mampu mereka selesaikan," ucap Desti.
Daya tarik dari kain tapis milik Desti, yakni menggunakan teknik jahit krui. Hasil jahitannya lebih rapih dan kokoh. Kualitas inilah yang menjadi andalan dari kain tapis miliknya.
Saat ini proses produksi dilakukan setiap hari. Sebab, pesanan dari para customer terus berjalan. Untuk sistem pembayarannya DP sebesar 10% terlebih daulu. "Kain tenun saya beli per lembar, harganya Rp85.000-R90.000. Bisa untuk produksi satu kain sarung tapis. Selain itu, benang emas per gulung harganya Rp65.000," jelas Desti.
Proses produksi kain tapis, kata Desti, cukup lama menelan waktu satu sampai dua bulan per kain. ’’Hal inilah yang membuat kain tapis dijual dengan harga yang cukup mahal,’’ ucapnya.