Pemerolehan Bahasa Anak Gagap Pascakejang

--FOTO ISTIMEWA

Oleh Septa Ahmad Santoso 

(Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2025)

 

PEMEROLEHAN bahasa pada seseorang tidak selalu berjalan dengan sempurna dan ketidaksempurnaan tersebut disebut sebagai gangguan berbahasa. Gangguan bahasa dibedakan menjadi dua jenis. Yakni gangguan yang disebabkan kelainan sejak lahir serta gangguan yang muncul akibat faktor medis dan lingkungan. 

 

Gangguan berbahasa berupa afasia terjadi karena kerusakan pada bagian otak kiri di hemisfer serebri yang berperan dalam fungsi bahasa. Kerusakan pada otak kanan juga dapat menimbulkan kesulitan tambahan selain gangguan berbicara, seperti hambatan dalam kemampuan berbicara, mendengar, menulis, dan membaca.

 

Salah satu gangguan pada sistem saraf yang memengaruhi kemampuan berbicara adalah gagap. Gagap merupakan kondisi ketika seseorang mengalami hambatan berupa ucapan yang tersendat, terhenti mendadak, dan mengulang-ulang suku kata sehingga membuat ujaran menjadi tidak teratur. Gangguan ini ditandai dengan ucapan yang tidak lancar melalui pengulangan, pemanjangan bunyi, jeda, dan pemutusan kata. Ketidaklancaran tersebut muncul akibat kekejangan pada otot leher dan diafragma karena koordinasi otot berbicara yang tidak sempurna, sehingga struktur kalimat yang dihasilkan menjadi kurang jelas.

 

Gagap terdiri atas dua jenis, yakni developmental stuttering dan neurogenic stuttering. Developmental stuttering merupakan bentuk gagap yang muncul pada masa perkembangan kemampuan berbicara anak ketika mereka sedang belajar menyusun tuturan. Selain dipengaruhi oleh proses belajar, jenis gagap ini juga berkaitan dengan faktor keturunan. Sementara itu, neurogenic stuttering timbul akibat kerusakan pada otak yang disebabkan oleh stroke, benturan kepala, atau bentuk cedera otak lainnya. Gangguan ini muncul karena bagian otak yang dominan dalam mengatur fungsi bicara mengalami kerusakan. 

 

Penderita gagap kerap mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata. Ciri-ciri yang tampak antara lain: (1) pemanjangan bunyi pada kata, seperti “mmmmmau”; (2) pengulangan suku kata atau bunyi, misalnya “ba-ba-ba-baguss” atau “a-a-aapa”; dan (3) jeda atau penahanan kata yang membuat kata tersebut tidak dapat terucap. (*)

 

Tag
Share