25 Tahun Menjaga Nafas Budaya Lampung, Perjalanan Batik Gabovira dari Uang PHK hingga Mendunia

BATIK: Griya Batik Gabovira yang berada di Beringin Raya, Kemiling, Bandarlampung, Sabtu (22/11).-FOTO SINTIA MAHARANI-

BANDARLAMPUNG – Upaya Gatot Kartiko (59) merawat warisan budaya, menghadirkan Batik Lampung dalam wajah yang lebih modern.

Warga Jalan Teuku Cik Ditiro, Beringin Raya, Kecamatan Kemiling memperkenalkannya hingga ke mancanegara lewat brand yang ia bangun sejak 25 tahun lalu: Gabovira.

Tidak banyak yang tahu, perjalanan Gabovira dimulai dari situasi yang sulit. Pada tahun 2000, Gatot menerima uang pesangon Rp8 juta setelah ia terkena PHK, lalu sisa sebesar Rp3 juta ia jadikan modal. 

Alih-alih terpuruk, ia justru melihat peluang. Dari uang itulah ia mulai merintis usaha batik—dengan mimpi agar Lampung punya identitas batiknya sendiri.

“Saya hanya punya tiga juta waktu itu. Tapi dari situ saya berpikir, budaya Lampung harus bisa dikenal lewat batik,” kenangnya.

Dua puluh lima tahun berlalu, keyakinan itu berbuah besar. Kini, Gabovira memiliki 20 karyawan tetap di Bandarlampung serta 20 pekerja harian lepas di Pekalongan, tempat home industri berada.

Gatot memilih Pekalongan karena SDM dan teknologi membatik di sana jauh lebih kuat, sementara Lampung masih belum memiliki industri tekstil yang memadai.

Bagi Gatot, batik bukan sekadar kain. Ia adalah narasi budaya yang dituangkan melalui garis dan warna. Karena itu, ia mendesain hampir seluruh motif Gabovira secara mandiri.

“Desain harus orisinal. Hampir 95 persen karya saya sendiri, dan semuanya terinspirasi budaya setempat,” ujarnya.

Motif Mesuji, misalnya, ia ciptakan setelah menelusuri budaya lokal di kabupaten tersebut.

Hingga kini, lebih dari 200 desain telah lahir dari tangannya. Salah satu yang terbaru adalah motif jembatan siger milenial, ikon baru Kota Bandarlampung. Ada juga motif Siger Balak, hingga motif Aksara Lampung.

Gatot tidak ingin batik terjebak sebagai pakaian "orang tua" atau sekadar busana hajatan. Karena itu, desain Gabovira selalu mengikuti perkembangan zaman.

Produk-produk mereka dibuat lebih fleksibel, dinamis, dan bersahabat dengan gaya fashion anak muda.

“Batik itu modern. Tinggal bagaimana kita mengemasnya,” katanya.

Tag
Share