Menjelang Tahun Baru, Api Rezeki Pengrajin Panggangan Kian Menyala

RAMAI PESANAN: Menjelang tahun baru, pengrajin alat panggang mendapat pesanan yang meningkat. -FOTO SINTIA MAHARANI -


BANDARLAMPUNG –Ade Irawan (33) nampak sibuk di bengkel kecilnya di Jalan Antasari, Gang H. Thobari 1, Kedamaian, BandarLampung. tangannya tak pernah berhenti membentuk lembaran besi-besi galvalum menjadi panggangan—alat sederhana yang justru selalu dicari orang saat pergantian tahun tiba.
Usaha kerajinan panggangan yang dirintis sejak 1997 itu kini menjadi tumpuan hidup empat orang karyawan. Setiap hari, mereka memproduksi ratusan panggangan berbagai ukuran: untuk sate, ikan, hingga ayam. Menjelang akhir tahun seperti sekarang, kesibukan pun meningkat tajam.
“Pesanan naik sekitar 20 persen. Semakin dekat tahun baru, semakin ramai,” ujar Ade sambil mengelap keringat di dahinya, Jumat (7/11).
Biasanya, ia mampu memproduksi 120 hingga 150 panggangan per hari. Namun, beberapa pekan terakhir angka itu melonjak menjadi 200 unit per hari. Meski demikian, ia mengaku belum menambah tenaga kerja.
“Kalau karyawan tetap empat orang. Cuma kami tambah stok aja. Kerja terus, enggak ada libur. Jadi kalau ada waktu agak longgar, kami manfaatin buat nyetok,” katanya sambil tersenyum.
Ade menjelaskan, jenis panggangan yang paling banyak dipesan menjelang tahun baru adalah panggangan ayam dan ikan. Harganya pun masih terjangkau. “Panggangan sate Rp12 ribu, ikan ada yang Rp18 ribu dan Rp25 ribu. Kalau ayam sekitar Rp28 ribu. Ada juga yang tinggi, ada kakinya, harganya Rp70 ribu. Itu bisa dipakai untuk macam-macam,” tuturnya.
Menurutnya, harga belum mengalami kenaikan karena stok bahan masih cukup. “Kalau harga bahan naik, baru nanti harga panggangan ikut naik. Sekarang masih aman,” jelasnya.
Dari tahun ke tahun, penjualan panggangan selalu melonjak di akhir tahun. Tahun lalu, ia mencatat penjualan hingga 1.000 unit. Tahun ini, baru separuhnya—sekitar 500 unit—yang sudah terjual. 
Namun Ade optimistis angka itu akan terlampaui seiring meningkatnya permintaan menjelang libur panjang. Bahkan ia mengirim hingga ke luar Bandarlampung, paling jauh ke Kotabumi, Lampung Utara.
“Pesanan paling jauh dari Bandar Jaya dan Kotabumi. Tapi kalau di Bandarlampung, hampir semua pasar masuk. Daerah Teluk paling ramai,” ungkapnya.
Di tengah hiruk-pikuk persiapan tahun baru, kerja keras para pengrajin seperti Ade sering luput dari perhatian. Padahal, dari tangan-tangan mereka, lahir alat sederhana yang menemani momen kebersamaan banyak keluarga—tempat sate dibakar, ikan diasap, dan tawa dibagi di malam pergantian tahun.
“Kalau panggangan ramai, artinya orang senang mau bakar-bakar. Buat kami, itu rezeki juga,” kata Ade menutup percakapan dengan senyum.(mk-sintia/nca) 

Tag
Share