Cahaya Impian
Ilustrasi -Master1305/Freepik -
Oleh: An Nisa Az Zahra Muhtalia
Harapan, impian, dan cita-cita. Kata-kata tersebut ternyata memiliki pengaruh yang begitu besar bagi kehidupan. Kita semua dilahirkan pasti memiliki alasan, dan alasan itulah yang harus kita temukan sehingga kita akan selalu tangguh untuk menghadapi segala cobaan.
Oleh karena itu, bagi sebagian besar orang, mimpi, cita-cita, ataupun harapan adalah alasan mengapa mereka harus tetap hidup di dunia ini. Begitu juga baginya, gadis remaja yang saat ini tengah berdiri di pinggir jembatan dengan embusan angin yang begitu menusuk. Rambutnya yang terurai tertiup angin, dan cahaya bulan yang samar menyinarinya, dan sorot mata sayu miliknya terlihat menggambarkan kehampaan.
Dia mengembuskan napasnya kuat, dalam hati dia berkata ‘sudah gila, bisa-bisanya aku pergi ke sini dan hampir melemparkan diriku ke bawah. Huh, aku harus tetap hidup karena aku bisa terus menari dan ingin menjelajahi dunia.’ Terkadang kita akan lebih menghargai kehidupan di saat kita mendekati kematian, syukurlah pada menit terakhir pikirannya berubah.
BACA JUGA:Aroma Kopi di Bawah Kaki Pesagi
Lily Amaralinda, itulah namanya, nama gadis itu. Dia adalah seorang remaja kelas 2 SMA yang tinggal di Lampung. Kini usianya sekitar 16 tahun dan dia sangat suka menari. Menari adalah bagian dari hidupnya. Dia mencintai menari dengan jiwanya, bahkan jika hatinya mati dan napasnya berhenti, gambaran dia menari akan selalu ada karena dia menyukainya dengan sepenuh jiwa. Kini dia terlihat hidup dan bersemangat dibandingkan dirinya setahun yang lalu, di pinggir jembatan.
Ternyata impian, harapan, dan cita-cita memang memiliki makna yang begitu besar bagi kehidupan.
Bullying, cacian, keadaan ekonomi, tuntutan yang tinggi, dan saling kejar-kejaran dalam nilai dan prestasi. Ternyata remaja zaman sekarang menghadapi hal-hal seperti itu, terasa begitu menyesakkan bagi mereka karena apa pun yang mereka rasakan tidak tertangkap oleh orang dewasa di sekitar dan dianggap remeh, itu pula yang menjadi alasan Lily yang sempat memiliki pikiran untuk mengakhiri semuanya.
BACA JUGA:Panda Kecil
Namun, ternyata rasa cintanya pada menari dan segala impian yang ingin dia wujudkan mengalahkan pikiran-pikiran itu hingga dia bisa berkembang sejauh ini. Tak hanya sampai di situ, di usianya yang baru 16 tahun, Lily mendapatkan sebuah surat bahwa dirinya dinyatakan lolos seleksi pertukaran pelajar di Negeri Sakura selama 10 bulan dengan beasiswa penuh. Ini adalah impian yang akhirnya dapat dia wujudkan.
Agustus 2020, pertama kalinya Lily menginjakkan kakinya di Jepang. Saat turun dari pesawat, ternyata sudah ada keluarga yang menunggunya di luar dan menyambutnya dengan pelukan hangat.
“Lily! Kami keluarga Nakamura. Welcome home, Lily” Ucap Kepala keluarga Nakamura.
“Terima kasih banyak, kedepannya maaf jika saya merepotkan, mohon bantuannya keluarga Nakamura”
BACA JUGA:Dia Milikmu Bukan Milikku
“Okaasan (Ibu) dan Otousan (Ayah). Mulai sekarang panggil kami begitu. Ini adik laki-laki, lalu ini adik perempuan. Lily tersenyum lebar, “Tentu saja Ayah, Ibu!” Sahutnya.
Hokkaido adalah tempat Lily melanjutkan sekolahnya. Meski jauh dari Tokyo, tetapi Hokkaido tidak kalah indah dan ramai pengunjung dari Tokyo.
Tiga bulan telah berlalu dan Lily masih terus berusaha untuk beradaptasi, terkadang dia merindukan masakan Indonesia yang penuh akan berbagai macam bumbu. Ternyata hidup di luar negeri tidak semudah yang dipikirkan, tetapi Lily tidak akan menyerah begitu saja.
***
“Halo Lily, bulan depan jadwal kamu mempresentasikan tentang Indonesia kepada teman kelasmu. Nanti wali kelasmu akan menyampaikan info ini juga.” Ucap koordinator program lewat telepon.
“Baik Kak, Lily akan berusaha semaksimal mungkin”
Tiba-tiba Lily terpikirkan bagaimana jika dia menampilkan tarian adat Lampung dan mengenalkannya pada teman-temannnya di akhir presentasi. Namun, dia tidak membawa pakaian adat Lampung. Setelah memikirkannya dengan matang, Lily memutuskan untuk menyewa pakaian Tari Sigeh Pengunten dari Indonesia. Biayanya pasti sangat mahal. Oleh karena itu lily bertekad untuk sangat berhemat dan menabung uang saku bulanan yang dia dapatkan.
Hari ini Lily akan melakukan presentasi pengenalan budaya Indonesia di sekolah yang dia tempati dan disaksikan oleh keluarga Nakamura serta seluruh warga sekolahnya. Lily begitu telaten menyampaikan presentasinya dengan menggunakan pakaian adat yang dia gunakan. Pakaian adat Lampung yang memang begitu ramai dan cantik mampu menarik perhatian mereka.
BACA JUGA:Setitik Bakat
“Selain itu, sebelum Lily mengakhiri presentasinya, Lily ingin menampilkan satu tarian tradisional Lampung untuk kalian semua karena Lily cinta menari.”
Sorakan tepuk tangan terdengar begitu keras dan meriah setelah Lily mengenalkan tarian itu lewat pertunjukkannya. Ada rasa bangga pada diri sendiri karena mampu mengenalkan tarian adat Lampung hingga ke Jepang. Dia harap orang luar negeri akan semakin mengenal tentang keindahan kebudayaan Indonesia terutama Provinsi Lampung dan provinsi lainnya.
“Good job Lily, kamu keren!” Ucap Okaasan sambal tersenyum hangat.
Beberapa bulan berlalu sejak hari itu, kini Lily sudah tinggal di Jepang selama 8 bulan. Sebentar lagi dia akan kembali ke Indonesia. Lily ingin melakukan sesuatu yang mengesankan. Karena dia suka menari, Lily sangat ingin mengikuti champion of the ballroom standard Kyushu. Dia sudah berlatih selama beberapa minggu terakhir di studio, tetapi dia belum meminta izin kepada koordinatornya dan orang tua angkatnya di Jepang.
“Okaasan, Otousan, Lily ingin ikut lomba menari di Tokyo. Apakah Lily boleh ikut?” Tanya Lily saat di ruang keluarga.
“Hmm? Lily sangat suka menari ya? Namun, Tokyo sangat jauh, apa Lily yakin?” ucap Okaasan.
“Yakin! Lily sangat yakin karena Lily cinta menari. Lily berani ke Tokyo sendirian, Lily juga sudah latihan di studio, boleh ya?” Jawab Lily dengan nada merayu.
“Hmm, okaasan mengizinkan tapi Lily harus tanya koordinator Lily dulu” Jawab Okaasan dan Otousan hanya menganggukkan kepala.
“Yeay, terima kasih Okaasan, Lily akan segera tanya ke kakak koordinator”
Lily pun segera menelpon koordinatornya, tetapi sayangnya dia tidak diizinkan. Lily tahu bahwa dia tidak seharusnya menangis, tetapi air matanya jatuh begitu saja. Dia sangat menyukai menari, tetapi saat ini dia di Jepang dan Tokyo sangat jauh. Itu terlalu bahaya untuknya pergi sendirian.
Melihat Lily menangis, Okaasan dan Otousan segera menenangkan Lily, mereka memeluknya dan Okaasan berkata, “Ano, bagaimana kalau kami menemani Lily ke Tokyo? Kami akan ambil cuti dan mengantar Lily ke Tokyo. Dia sudah bekerja keras untuk itu.”
BACA JUGA:Perlahan Usai
“Keluarga Nakamura tidak perlu sampai begitu, ini urusan personal Lily, tak perlu sampai mengambil cuti.” Terang kakak koordinator Lily.
“Tidak masalah, kami tidak keberatan. Lagi pula kami adalah keluarga Lily di sini, saya adalah Ibu Lily jadi saya ingin mengantarnya ke Tokyo.” Okaasan dan Otousan terus berusaha meyakinkan koordinator Lily hingga akhirnya Lily diizinkan untuk pergi ke Tokyo.
Detik itu juga Lily menangis sambil berterima kasih kepada mereka, berkat itu Lily menyadari bahwa dia telah benar-benar menjadi bagian dari keluarga Nakamura. Dia sangat bersyukur karena mendapatkan keluarga seperti mereka. Keluarga Nakamura selalu mencintai, menyayangi, mendukung, dan menghargai Lily.
Hari pertandingan pun akhirnya datang, Lily telah siap dengan kostum yang dia beli dengan menabung selama sebulan.
“Semangat Lily, Okaasan dan Otousan ada di sini. Lily pasti bisa. Go go Lily!” Ucap Okaasan.
Setelah 30 menit menunggu, sekarang giliran Lily dan pasangannya, Keita. Lily berdoa sekuat tenaga dan berusaha melakukan yang terbaik. Hingga akhirnya seluruh kontestan sudah tampil dan kini pengumuman akan segera dibacakan.
BACA JUGA:6 Rekomendasi Tempat Wisata di Lampung untuk Isi Libur Tahun Baru
“Oke, kini yang terakhir, untuk pasangan yang meraih medali emas adalah…. Lily dan Keita!” Lily sudah mulai hilang harapan namun ternyata dia ada di posisis pertama. Tepuk tangan meriah terdengar begitu tidak nyata. Dia tidak menyangka bahwa dapat mencetak prestasi dalam bidang yang sangat dia cintai di Jepang.
Lily yang dulu sempat kehilangan arah hidup kini hidup dengan impiannya dan perlahan satu demi satu menjadi nyata. Ternyata impian memang sekuat itu. Ternyata tinggal di negara lain justru mampu membuat kita leluasa mengenalkan tentang negara kita tercinta. Kita tetap bisa berprestasi di mana pun asalkan ada tekad, tetapi yang lebih penting adalah kemauan untuk hidup, untuk mewujudkannya agar tak hanya menjadi sebuah impian yang fana. Tetaplah hidup, walau hanya agar selalu dapat melihat bulan, untuk dapat makan mie, atau untuk keliling luar negeri. Suatu saat kita pasti bisa mencapai hal-hal menakjubkan yang tak terduga.(*)