Marak Perceraian, Ini Kunci Hubungan agra Awet!

FOTO FREEPIK--

BANDARLAMPUNG -  Isu perceraian selalu menjadi topik yang ramai diperbincangkan di media sosial. Berita tentang retaknya rumah tangga publik figur seakan datang silih berganti.

Mulai dari YouTuber Tasya Farasya, pesepak bola Pratama Arhan, hingga penyanyi Raisa. Semuanya mencuri perhatian publik dengan kabar perpisahan mereka.

Fenomena itu menimbulkan pertanyaan, mengapa banyak hubungan tampak harmonis di depan publik, tetapi berakhir di tengah jalan?

Sebagian besar kasus perceraian dilatarbelakangi oleh ketidakcocokan. Baik karena perbedaan pandangan, prioritas hidup, maupun cara mengekspresikan cinta.

Tantangan yang sering dihadapi pasangan, pertama adalah perbedaan pandangan. Setiap individu membawa nilai dan cara berpikir yang berbeda. Perbedaan itu bisa menjadi kekayaan dalam hubungan. Tetapi juga bisa jadi sumber konflik jika tidak dikelola dengan baik.

Misalnya, cara mengatur keuangan, memutuskan karier, atau menentukan arah masa depan bersama. Itu sering kali menimbulkan perdebatan yang berlarut.

Kedua, skala prioritas yang tidak selaras. Dalam perjalanan hidup, prioritas setiap orang bisa berubah. Ada yang fokus mengejar karier, sementara pasangannya ingin membangun keluarga. Jika tidak dikomunikasikan dengan terbuka, perbedaan itu bisa menimbulkan jarak emosional dan perasaan diabaikan.

Ketiga, kurangnya waktu bertemu. Kesibukan membuat pasangan sulit menemukan waktu untuk benar-benar hadir satu sama lain. Padahal, kebersamaan menjadi elemen penting dalam menjaga keintiman. Tanpa waktu berkualitas, hubungan bisa terasa hambar dan kehilangan makna.

Keempat, perbedaan love language. Setiap orang memiliki cara berbeda dalam mengekspresikan kasih sayang. Ada yang suka kata-kata manis, sentuhan fisik, hadiah, pelayanan, atau kebersamaan. Jika pasangan tidak memahami bahasa cinta satu sama lain, perasaan tidak dicintai bisa muncul.


Kunci agar hubungan tetap kuat dan bertahan lama, pertama adalah percaya dan menghargai satu sama lain. Kepercayaan adalah pondasi utama dalam hubungan. Dalam setiap perbedaan, jangan buru-buru berasumsi buruk. Cobalah mendengar dan memahami sudut pandang pasangan.

Diskusikan masalah secara terbuka untuk mencari solusi terbaik bagi kedua pihak. Hubungan yang sehat dibangun dari rasa saling menghormati. Bukan saling menuntut.

Kedua, menepati janji. Janji kecil sekalipun memiliki makna besar. Saat seseorang gagal menepati ucapannya, hal itu bisa menimbulkan rasa kecewa. Juga mengikis kepercayaan.

Menurut Psychology Today, menjaga konsistensi dalam menepati janji menciptakan rasa aman dan stabil dalam hubungan. Jadi, sebelum membuat janji, pastikan Anda benar-benar bisa menepatinya.

Ketiga, memaksimalkan waktu bersama. Tidak masalah jika masing-masing memiliki dunia sendiri. Namun, ketika memiliki waktu berdua, berusahalah untuk hadir secara utuh. Tanpa gangguan gawai atau urusan lain.

Makan malam bersama, menonton film, atau sekadar berbincang ringan. Itu bisa menjadi momen penting untuk mempererat ikatan emosional. Dan mengisi kembali energi setelah kesibukan.

Keempat, memahami cara pasangan ingin disayang. Istilah love language mungkin terdengar seperti tren media sosial. Namun, konsep itu nyata. Setiap orang memiliki cara berbeda dalam menerima cinta.

Ada yang merasa dicintai saat diberi hadiah, ada yang lebih tersentuh dengan perhatian dan waktu bersama. Dengan mengenali bahasa cinta pasangan, Anda dapat menunjukkan kasih dengan cara yang benar-benar bermakna baginya.

Kelima, hindari rasa bosan dengan cara positif. Dalam hubungan jangka panjang, rasa bosan adalah hal yang wajar. Namun, jangan jadikan itu alasan untuk menjauh atau menyerah.

Sebaliknya, gunakan momen tersebut untuk mencoba hal-hal baru bersama. Seperti liburan singkat, memasak bersama, atau mengambil kelas hobi. Komunikasikan keinginan dan perasaan dengan terbuka. Agar hubungan tetap segar dan penuh warna.

Menjalin hubungan yang langgeng bukan berarti tanpa konflik. Tetapi, bagaimana pasangan belajar menyelesaikan konflik dengan kedewasaan dan empati.

Perceraian mungkin menjadi jalan terakhir bagi sebagian pasangan. Tetapi selama masih ada niat untuk memperbaiki, selalu ada ruang untuk tumbuh bersama.

Pada akhirnya, hubungan yang bertahan lama bukan soal siapa yang paling sempurna. Melainkan siapa yang paling bersedia untuk saling memahami dan memperjuangkan. (harian disway/ful)

Tag
Share