RAHMAT MIRZANI

Tidak Sulit Jadikan Kurikulum Merdeka Jadi Kurikulum Nasional 2024

KURIKULUM MERDEKA: Suasana gembira dalam kegiatan belajar-mengajar menyusul diimplementasikannya Kurikulum Merdeka.-FOTO ILUSTRASI KEMENDIKBUDRISTEK UNTUK JAWAPOS.COM -

JAKARTA - Pemerintah memasang target Kurikulum Merdeka berlaku menjadi kurikulum nasional pada 2024. Dengan demikian, seluruh sekolah akan menjalankan pembelajaran berbasis kurikulum yang dibuat era Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim.

Rencana pemberlakuan Kurikulum Merdeka menjadi skala nasional itu disampaikan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo. Dia memastikan Kurikulum Merdeka akan diproyeksikan menjadi kurikulum nasional pada 2024.

Target tersebut tidak akan sulit untuk dijalankan. Pasalnya saat ini, sebanyak 80 persen sekolah di semua jenjang secara sukarela telah menerapkan Kurikulum Merdeka. “Mereka yang masih menggunakan Kurikulum 2013, bisa bertahap berubah menjadi Kurikulum Merdeka,” kata Anindito.

BACA JUGA:Pengembang Aerotropolis Lampung Perlu Support System

 Rencana Kemendikbudristek menerapkan Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum nasional mulai tahun 2024 mendapatkan sambutan positif di lapangan. Kurikulum Merdeka dinilai telah membawa perubahan dalam kegiatan belajar-mengajar.

Kepala SMAN 1 Mamboro, Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur, Dominggus mendukung, rencana implementasi Kurikulum Merdeka secara nasional. Menurut dia, Kurikulum Merdeka telah mendorong perubahan paradigma pembelajaran yang lebih menyenangkan. Serta berpusat pada peserta didik serta dapat disesuaikan dengan karakteristik daerah.

 “Saya sangat setuju jika Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum nasional sudah sesuai kebutuhan pendidikan di Indonesia saat ini,” katanya. Kurikulum Merdeka juga tidak membedakan lagi sekolah yang di kota dan di desa, semua satuan pendidikan memiliki hak kemerdekaan dalam mewujudkan visi misi pendidikan Indonesia.

BACA JUGA:Diskon Utang SPP, Tahun Ini Hanya 6 Mahasiswa

Dominggus menceritakan sekolah yang dia pimpin pernah mengalami krisis pembelajaran sebelum menerapkan Kurikulum Merdeka. Penyebabnya adalah proses pembelajaran yang monoton disampaikan para guru, belum adanya platform belajar bagi pendidik sesuai kebutuhan saat ini, serta kondisi sekolah yang berada di wilayah terpencil. Selain itu, pihaknya juga menghadapi kurangnya motivasi para peserta didik dalam mengembangkan diri.

 Sementara guru SMAN 4 Ternate, Maluku Utara, Santi Evaria juga menyatakan dukungannya terhadap implementasi Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum nasional. “Saya mendukung Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum nasional karena dampak positif yang signifikan terhadap peserta didik,” tutur Santi.

 Menurut Santi, Kurikulum Merdeka sangat tepat untuk menghadapi tantangan pendidikan Indonesia saat ini. Kurikulum Merdeka adalah jawaban atas perkembangan zaman yang begitu cepat serta perubahan kondisi siswa pasca pandemi Covid-19. Dengan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, para guru bisa lebih mengenali bakat dan minat siswa.

BACA JUGA:Pacu Pertumbuhan Ekonomi, Wilayah Pedesaan Butuh Ekosistem Inklusi Keuangan

 ’’Saya sebagai guru rasanya lebih fleksibel,” katanya. Serta diberikan kebebasan dalam berinovasi dan tidak terkungkung dengan struktur yang dibatasi selama ini. Para guru bisa menggali dan mengeksplorasi kemampuan, minat, serta bakat para siswa.

 Santi berharap dengan implementasi Kurikulum Merdeka secara nasional dapat semakin mempercepat peningkatan kualitas dan kompetensi guru. Serta dampak untuk para siswa dapat menghasilkan generasi yang memang yang dibutuhkan oleh masyarakat. “Dengan memiliki kompetensi, keterampilan spiritual, keterampilan sosial serta pengetahuan yang baik sehingga mereka siap menghadapi tantangan kedepan dan menjadi manusia yang merdeka di atas kakinya sendiri,” ujar Santi. (jpc/c1/ful)

Tag
Share