Lampung Jadi Target Hilirisasi dan Investasi Besar di Sektor Pangan

Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal bersama Dirjenbun Kementan RI Abdul Roni Angkat membahas program hilirisasi dan investasi pangan di Bandarlampung. -FOTO DOK. BIRO ADPIM -

Selain GPM, pihaknya juga menggelar operasi pasar, dan Bulog menyalurkan beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan).

Ditempat yang sama, Kepala Biro Perekonomian Setprov Lampung Lampung, Rinvayanti, menyebutkan bahwa inflasi Lampung secara tahunan (y-on-y) berada di angka 1,05 persen. 

“Sementara secara bulanan (m-to-m) kita mengalami deflasi 1,47 persen (Agustus, red), dan secara tahun berjalan (y-to-d) masih deflasi 0,08 persen,” kata Rinva.

Penyebab utama deflasi, lanjutnya, adalah penurunan biaya pendidikan di tingkat SMA dan SMP, serta penurunan harga bawang putih dan cabai rawit. 

Meskipun demikian, Rinva menekankan pentingnya memantau perkembangan harga pangan ke depan, karena komoditas ini sering menjadi pemicu utama inflasi.

Rinva menambahkan, operasi pasar akan digencarkan jika harga komoditas pangan tidak stabil. “Sepanjang harga masih terjaga, operasi pasar tidak perlu dilakukan,” tuturnya. 

Namun, Bulog tetap menyalurkan beras SPHP sesuai permintaan daerah yang mengalami kenaikan harga.

Ia menekankan bahwa beras merupakan salah satu komoditas pemicu inflasi yang perlu dijaga stabilitas harganya. Saat ini, harga beras medium di Lampung terpantau stabil di kisaran Rp12.000 hingga Rp13.500, sedangkan beras premium berada di angka Rp14.000 hingga Rp15.000. 

“Insyaallah, Lampung masih aman dan terkendali. Kami tidak melihat adanya lonjakan harga yang signifikan,” pungkasnya. 

Ia berharap penyaluran beras yang gencar dilakukan pada Agustus lalu telah membantu menjaga stabilitas harga saat ini.

Diketahui, Sekda Provinsi Lampung, Marindo Kurniawan mengikuti Rapat Koordinasi Terkait Perkembangan Situasi Nasional dan Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2025 yang dipimpin Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian, secara virtual dari Ruang Rapat Sakai Sambayan, Kompleks Kantor Gubernur Lampung, pada Senin 2 September 2025.

Pada sesi rapat pengendalian inflasi, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) RI Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan bahwa inflasi nasional y-on-y, pada Agustus 2025 tercatat sebesar 2,31 persen, turun dibandingkan Juli 2025 sebesar 2,37 persen.

Dari 38 provinsi, sebanyak 11 provinsi mengalami inflasi, sementara 27 provinsi mengalami deflasi. Sektor makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang andil terbesar. 

Provinsi Lampung sendiri mencatat deflasi sebesar 1,47 persen, dengan Kota Bandar Lampung mengalami deflasi tertinggi di Sumatera yakni 1,81 persen. 

Indeks Perkembangan Harga (IPH) M4 Agustus 2025 Lampung tercatat -0,43 persen, dengan komoditas penyumbang utama cabai merah, bawang merah, dan beras. 

Tag
Share