Delapan Negara Gunakan Emas sebagai Cadangan Strategis

Ilustrasi emas--FOTO PEXELS/ZLAŤÁKY.CZ

 

Keenam, Tiongkok. Sebagai ekonomi terbesar kedua dunia, Tiongkok terus meningkatkan kepemilikan emas. Saat ini cadangan emasnya mencapai sekitar 2.200 ton. Beijing memanfaatkan emas sebagai instrumen diversifikasi untuk memperkuat posisi yuan di pasar global. Banyak analis memperkirakan cadangan emas Tiongkok akan terus bertambah guna mendukung ambisi internasionalisasi mata uangnya.

 

Ketujuh, India. India memandang emas bukan hanya sebagai bagian dari budaya, tetapi juga sebagai strategi moneter. Cadangan emas resmi negara ini telah melampaui 800 ton. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah dan bank sentral terus menambah stok emas demi membuat cadangan devisa lebih tahan terhadap fluktuasi nilai mata uang. Kedelapan, Turki. Turki termasuk negara yang agresif membeli emas. Cadangan emasnya telah menembus 600 ton, mencerminkan upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas di tengah inflasi tinggi dan ketidakstabilan lira. Emas menjadi "benteng terakhir" yang membantu mengurangi kerentanan ekonomi negara tersebut.

 

Meningkatnya pembelian emas oleh bank sentral di seluruh dunia menunjukkan tren global yang menarik. Jika pada 2009 cadangan emas bank sentral berada di angka 26.000 ton, pada 2024 jumlahnya naik menjadi 32.000 ton.

 

Artinya, di tengah ketidakpastian geopolitik dan inflasi, negara-negara semakin percaya pada emas sebagai aset strategis jangka panjang. Negara-negara yang menjadikan emas sebagai cadangan strategis menegaskan bahwa logam mulia ini tidak pernah kehilangan peran pentingnya. Dari Amerika Serikat, Jerman, Italia, hingga Tiongkok dan India, emas menjadi simbol kekuatan ekonomi dan penopang stabilitas keuangan. (beritasatu.com/c1)

 

Tag
Share