Petani Waykanan Keluhkan Singkong Dibeli di Bawah Harga Standar

Para petani saat hendak menjual singkong ke pabrik. -Foto Hermansyah/Radar Lampung -
BLAMBANGANUMPU – Sejumlah petani singkong di Kecamatan Pakuanratu, Kabupaten Waykanan, mengaku resah dengan praktik pembelian singkong oleh salah satu pabrik pengolahan yang dinilai tidak sesuai dengan instruksi Gubernur Lampung.
Mereka menuding harga singkong dibeli jauh di bawah standar yang telah ditetapkan pemerintah provinsi.
Para petani menyebut harga yang ditawarkan PT Agung Mulia Bunga Tapioka hanya berkisar Rp950 hingga Rp1.000 per kilogram (kg).
Padahal, sesuai instruksi Gubernur Lampung, harga minimal singkong di tingkat petani ditetapkan sebesar Rp1.350 per kilogram.
Nasir, salah seorang petani yang merasa dirugikan, menyampaikan kekecewaannya.
“Kami sangat kecewa. Harga singkong yang dibeli pabrik terlalu rendah, sementara kami sudah mengeluarkan banyak biaya untuk menanam dan merawat. Ini jelas merugikan petani,” ujarnya.
Menurutnya, kondisi tersebut semakin menekan petani yang harus menghadapi tingginya biaya produksi serta minimnya pilihan pembeli.
Ia menilai pabrik memanfaatkan situasi sulit tersebut untuk menekan harga.
Para petani pun meminta pemerintah provinsi turun tangan memberikan solusi, sekaligus menindak tegas pihak yang tidak mematuhi instruksi gubernur.
Terpisah, Manajer PT Agung Mulia Bunga Tapioka, Budi, membantah tudingan miring tersebut.
Ia menjelaskan saat ini pabrik memang sedang berhenti beroperasi sementara karena ada perbaikan.
“Soal harga pembelian singkong di pabrik kami sekitar Rp1.000 per kilogram dengan potongan 30 persen dan kadar aci 16 persen. Harga ini sifatnya fluktuatif, bisa naik turun. Semua sudah melalui musyawarah bersama petani dan supplier,” jelasnya.
Ia menambahkan, setiap perubahan harga selalu dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait, termasuk kepolisian.
Budi juga menilai, belum adanya aturan turunan seperti Perda, Perbup, maupun Pergub yang mengatur secara rinci soal stabilisasi harga tapioka maupun larangan impor, membuat pabrik berada dalam posisi sulit.