Kasus DBD di Bandar Lampung Capai 309, Diskes Tekankan Pentingnya Peran Masyarakat

Dinas Kesehatan Bandarlampung mencatat 309 kasus DBD sepanjang JanuariāJuli 2025. -FOTO IST -
BANDARLAMPUNG – Penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi perhatian serius di Kota Bandarlampung. Berdasarkan data Dinas Kesehatan, tercatat 309 kasus DBD sejak Januari hingga Juli 2025, yang tersebar di berbagai wilayah.
Kabar baiknya, hingga pertengahan tahun ini tidak ada laporan kematian, sehingga Case Fatality Rate (CFR) tetap 0 persen.
Rinciannya, Januari 58 kasus, Februari 57, Maret 49, April 46, Mei 42, Juni 31, dan Juli 26 kasus. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, Muhtadi Arsyad Temenggung, menyebut tren kasus menurun sejak Mei hingga Juli.
“Yang paling menggembirakan, tidak ada pasien meninggal. Ini menunjukkan pelayanan kesehatan berjalan efektif dan masyarakat cepat tanggap saat muncul gejala,” ujarnya, Kamis (21/8/2025).
Menurut Muhtadi, pengendalian DBD tidak bisa hanya mengandalkan fogging maupun pembagian bubuk abate. Faktor terpenting adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M Plus dengan keterlibatan aktif masyarakat.
“Kalau hanya pemerintah yang bergerak, hasilnya tidak maksimal. Kunci keberhasilan ada pada kesadaran masyarakat menjaga lingkungan, mulai dari rumah tangga hingga tingkat kelurahan,” katanya.
Sebagai langkah pencegahan, Diskes terus menggencarkan penyuluhan dan gerakan PSN 3M Plus di puskesmas, sekolah, dan kelompok masyarakat. Koordinasi dengan rumah sakit juga diperkuat untuk memastikan pasien bergejala DBD mendapat penanganan cepat, termasuk penyelidikan epidemiologi setiap kali muncul kasus baru.
Selain itu, pembagian bubuk abate dan fogging rutin dilakukan, baik di lokasi kasus, wilayah endemis, maupun beberapa kelurahan tertentu. Namun, Muhtadi menegaskan 3M Plus tetap menjadi cara paling efektif.
“3M Plus itu sederhana: menguras tempat air seminggu sekali, menutup rapat wadah air, dan mendaur ulang barang bekas. Tambahannya bisa dengan larvasida, ikan pemakan jentik, tanaman pengusir nyamuk, hingga memastikan rumah selalu bersih dan rapi,” jelasnya.
Tak hanya pencegahan, Muhtadi juga mengingatkan masyarakat untuk melakukan penanganan awal di rumah bila ada keluarga yang mengalami gejala DBD. Langkah sederhana seperti bedrest, minum air putih minimal dua liter per hari, kompres hangat, dan konsumsi obat penurun panas bila demam tinggi dianjurkan.
“Jika dalam dua sampai tiga hari tidak ada perbaikan, apalagi muncul gejala seperti muntah, mimisan, gusi berdarah, atau tubuh semakin lemas, segera bawa ke rumah sakit,” tambahnya.
Ia menegaskan, mayoritas sarang nyamuk berasal dari lingkungan rumah tangga. Karena itu, kesuksesan menekan angka DBD sangat bergantung pada peran aktif masyarakat.
“Pemerintah daerah tidak bisa bekerja sendiri. Dibutuhkan gotong royong dari warga, RT, kelurahan, hingga stakeholder lain. Dengan kebersamaan, kita bisa menjaga Bandar Lampung tetap sehat,” pungkasnya.
Sebelumnya Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Lampung tahun 2025 melonjak. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Diskes) Lampung, di awal 2025 sudah ada 2.709 kasus DBD dengan angka kematian 11 kasus di Lampung.