Melawan, Polisi Tembak Dua Pelaku Curanmor

Polisi melumpuhkan dua spesialis curanmor asal Lampung Timur yang beraksi di Bandarlampung, salah satunya residivis. -FOTO SITI SASKIA SALAMAH/RTV -
BANDARLAMPUNG – Dua dari empat pelaku pencurian sepeda motor (curanmor) asal Lampung Timur dilumpuhkan tim Buser Polsek Telukbetung Selatan setelah berusaha melawan petugas dengan senjata tajam saat hendak ditangkap.
Kedua tersangka, yakni Muhammad Nuri dan Abdul Rahman, warga Kecamatan Margasekampung, Kabupaten Lampung Timur, ditangkap usai terlibat pencurian 12 sepeda motor di wilayah Telukbetung Selatan dan Telukbetung Utara.
Kapolsek Teluk Betung Selatan, AKP Galih Ramadhan Hariomursid, menjelaskan bahwa para tersangka merupakan spesialis pencurian sepeda motor pada dini hari hingga menjelang subuh. Target mereka adalah motor yang terparkir di halaman rumah dan tidak dilengkapi kunci ganda.
Dari catatan kepolisian, Muhammad Nuri yang dikenal sebagai “kapten” kelompok tersebut ternyata merupakan residivis kasus serupa. Ia sudah dua kali menjalani hukuman penjara atas kasus curanmor sejak berusia 17 tahun.
Dalam pengungkapan kasus ini, polisi menyita barang bukti berupa tiga unit sepeda motor hasil curian, dua bilah senjata tajam jenis badik, serta kunci letter T yang digunakan untuk melancarkan aksi.
Sementara itu, dua pelaku lainnya berhasil melarikan diri saat proses penangkapan dan kini masih dalam pengejaran aparat kepolisian.
Akibat perbuatannya, kedua tersangka dijerat Pasal 363 KUHP dengan ancaman hukuman hingga tujuh tahun penjara.
Sebelumnya, Maraknya kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di Kota Bandarlampung membuat warga semakin waspada.
Sebagai langkah antisipasi, warga RT 11 Kelurahan Gunungsari, Kecamatan Enggal, memasang portal otomatis dengan sistem sidik jari (fingerprint) sebagai akses masuk dan keluar kendaraan.
Ketua RT 11, Edi Herwanto, menjelaskan inisiatif ini bermula dari kasus kehilangan sepeda motor milik salah satu warga.
Awalnya, portal sederhana dengan gembok sudah dipasang, namun dinilai kurang efektif.
Akhirnya, warga berkolaborasi dengan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung (Unila) untuk mengembangkan sistem berbasis fingerprint.
“Proses perakitan berlangsung sekitar satu minggu, dibantu mahasiswa KKN dari jurusan teknik. Biaya pembangunan portal ini diperoleh dari iuran warga secara gotong royong,” ujar Edi.
Saat ini, empat titik akses masuk ke lingkungan RT 11 telah dilengkapi portal fingerprint, ditambah pemasangan CCTV di sejumlah sudut untuk memperketat pengawasan.