2,2 Miliar Penduduk Dunia Masih Sulit Akses Air Bersih

Warga mengantre mengambil air bersih dari bak penampungan air di Pedukuhan. -FOTO BERITASATU.COM -
“Warga sangat butuh air. Nomor satu air, kalau beli mahal, makanya kalau ada bantuan antusias mengambil sampai warga mengantre untuk bisa dibawa ke rumah masing-masing,” ungkap salah seorang warga, Imahwati (35).
Dari kapasitas 15.000 liter air yang disalurkan ke warga ini, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar 100 keluarga, selama tiga hari. Sementara, warga terdampak di pedukuhan tersebut mencapai sekitar 224 keluarga.
Sulitnya air bersih, dirasakan oleh warga sejak tiga bulan terakhir ini, dikarenakan sudah tidak adanya hujan yang turun. Kondisi geografis yang berada di perbukitan, membuat debit air di sumur-sumur warga menyusut drastis.
Selama ini, warga hanya mendalkan bantuan air bersih dari donatur. Pasalnya, jika harus membeli satu tangki berkapasitas 5.000 liter air bersih, warga harus merogoh kocek hingga ratusan ribu rupiah.
Hal itu memang diakui oleh warga cukup memberatkan, karena penghasilan mereka yang pas-pasan sebagai petani. Datangnya bantuan dari donatur menjadi salah satu harapan warga.
“Warga sangat membutuhkan air di sini karena lokasinya di pegunungan jadi wajar kalau air susah setiap kemarau,” ujar Elsa Rizky Amalia selaku perwakilan donatur dari Jagad Foundation.
Bahkan, Musim kemarau yang berkepanjangan sempat terjadi di kawasan Danau Toba yang menyebabkan krisis air bersih di sejumlah wilayah, termasuk Desa Huta Natinggi, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Warga desa mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Mereka terpaksa membeli air dalam jumlah besar sebanyak tiga drum sekaligus untuk kebutuhan rumah tangga selama satu minggu.
Kondisi ini sangat memberatkan, terutama bagi keluarga dengan kondisi ekonomi lemah. Apalagi satu drum air dihargai Rp 250.000.
"Desa kami sangat susah sumber air bersih, terutama pada saat musim kemarau panjang," ujar Farels Sitanggang, salah satu warga setempat, Rabu (2/7/2025).
Warga berharap pemerintah Kabupaten Samosir segera menghadirkan layanan perusahaan air minum (PAM) ke desa mereka serta desa-desa sekitar agar masyarakat bisa menikmati akses air bersih.
Gindo Naibaho, penjual air bersih di desa tersebut, mengungkapkan ia sudah lama menjual air bersih, terutama saat musim kemarau. Ia menjelaskan, harga air bergantung pada jarak pengiriman ke rumah warga. “Semakin jauh jaraknya, harga air makin mahal,” jelas Gindo.
Sebelumnya, Saat matahari terbit di atas bukit gersang di Kabul, Afghanistan, perjuangan harian sebuah keluarga untuk mendapatkan air bersih dimulai. Raheela, ibu dari empat anak, segera berlari ke jalan ketika mendengar deru truk tangki air di lingkungannya. Dengan ember dan jeriken usang, ia mencoba mengisi sebanyak mungkin air yang bisa mereka beli dengan anggaran rumah tangga yang semakin menipis.
"Kami tidak memiliki akses ke air minum sama sekali. Kekurangan air ini sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari kami," ujar Raheela kepada CNN.
Menurut laporan terbaru Mercy Corps, Kabul berada di ambang krisis besar. Kota ini berpotensi menjadi ibu kota modern pertama di dunia yang benar-benar kehabisan air bersih. Masalah ini tidak hanya berdampak pada kebutuhan dasar, tetapi juga mengancam runtuhnya ekonomi lokal.