Pengelolaan Hama Berbasis Ekologi: Kunci Ketahanan dan Keberlanjutan Pertanian

Dr. Puji Lestari, S.P., M.Si.--

Penerapan pengelolaan hama berbasis ekologi tidak berarti menolak total pestisida. Pestisida tetap dapat digunakan, namun petani harus “bijak” dalam menggunakan pestisida. Pestisida dapat digunakan sebagai alternatif terakhir dalam pengendalian hama.]

Dalam menggunakan pestisida juga harus memperhatikan bahan aktif yang sesuai dengan hama target, dosis yang tepat, dan waktu aplikasi yang sesuai agar dampaknya terhadap organisme non-target tetap minimal. Semua itu didukung oleh pemantauan lapangan secara rutin, karena keputusan pengendalian harus didasarkan pada data, bukan asumsi.

Jika pendekatan ini berjalan dengan optimal, manfaatnya akan dirasakan tidak hanya oleh petani, tetapi juga oleh lingkungan dan konsumen. Lahan menjadi lebih ramah lingkungan karena minim residu pestisida.

Biaya produksi bisa ditekan karena ketergantungan pada bahan kimia berkurang. Hasil panen pun lebih sehat, aman dikonsumsi, dan bernilai jual lebih tinggi. Selain itu, pengelolaan hama berbasis ekologi membantu menjaga keberlanjutan pertanian jangka panjang serta mengurangi risiko resistensi hama yang sering menjadi momok di lahan intensif.

Meski manfaatnya jelas, penerapan di lapangan tidak selalu mudah. Masih banyak petani yang belum familiar dengan konsep ini. Persepsi bahwa “Pestisida = efektif – pengendalian hama dengan pestisida menunjukkan hasil yang cepat” juga menjadi tantangan tersendiri. Selain itu, ketersediaan bibit tanaman refugia dan sumber daya pendukung kadang terbatas. Tekanan pasar untuk menghasilkan panen cepat dan dalam jumlah besar juga membuat sebagian petani enggan mencoba pendekatan ini yang memerlukan kesabaran. Ditambah lagi, minimnya pendampingan teknis secara berkelanjutan membuat sebagian petani ragu untuk mengubah kebiasaan lama. Padahal, tanpa keberanian mencoba dan dukungan semua pihak, sistem ini sulit berkembang secara luas di lapangan.

Ke depan, pengelolaan hama berbasis ekologi seharusnya menjadi bagian dari strategi pertanian nasional yang berkelanjutan. Sinergi antara petani, penyuluh, pemerintah, akademisi, dan sektor swasta sangat dibutuhkan untuk memperluas pengetahuan dan praktik ini.

Jika setiap petani mampu menerapkan prinsip-prinsip ekologi di lahannya, kita tidak hanya melindungi lingkungan, tetapi juga memastikan ketersediaan pangan sehat bagi masyarakat luas hingga generasi mendatang. Seperti pepatah lama yang bijak: “Kita tidak mewarisi bumi dari nenek moyang, meliainkan kita meminjamnya dari anak cucu.” Menjaga keseimbangan ekosistem pertanian berarti memastikan bahwa “pinjaman” itu kita kembalikan dalam keadaan utuh bahkan lebih baik daripada sebelumnya. (*)

 

*) Dosen Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Anggota Ikaperta Unila

 

Tag
Share