Kisah Radin Inten II, Pahlawan Nasional Lampung yang Gugur di Usia 22 Tahun

Patung Raden Inten II di kompleks makamnya di Lampung Selatan. -FOTO IST-
Pejuang Muda Pantang Menyerah demi Kemerdekaan
BANDAR LAMPUNG — Nama Radin Inten II lekat di hati masyarakat Lampung.
Pahlawan nasional yang namanya diabadikan sebagai bandara utama di provinsi ini merupakan simbol keberanian dan keteguhan hati dalam mempertahankan tanah air.
BACA JUGA:7 Ide Lomba 17 Agustus Anti Mainstream
Lahir pada 1 Januari 1834, Radin Inten II masih memiliki garis keturunan dari Sunan Gunung Jati melalui jalur pernikahan antara tokoh tersebut dengan Putri Sinar Alam dari Keratuan Pugung.
Dari keturunan ini lahirlah Radin Inten I, kemudian Radin Imba II, dan akhirnya Radin Inten II sebagai generasi penerus.
Sejak lahir, Radin Inten II sudah kehilangan sosok ayahnya yang ditangkap Belanda karena memimpin perlawanan bersenjata. Ibunya, Ratu Mas, menjadi sosok penting yang menanamkan semangat perjuangan kepada sang anak.
Saat dewasa dan diangkat menjadi raja, Radin Inten II mulai menggalang perlawanan terhadap Belanda, terutama di wilayah Lampung Selatan.
Dukungan datang dari rakyat serta tokoh-tokoh pejuang seperti Kyai Haji Waqiah dari Banten dan Singa Beranta Saibatin Marga Rajabasa. Bersama mereka, Radin Inten II menyerang pos-pos militer Belanda dan memperkuat pertahanan di benteng Bendulu dan Ketimbang.
Strategi pertahanan meliputi penempatan benteng di lereng gunung, persenjataan meriam, dan persediaan logistik untuk perang berkepanjangan. Keberhasilan mengalahkan pasukan Belanda dari Batavia membuat penjajah semakin bertekad menundukkannya.
Belanda sempat mengajak berunding, namun kemudian menerapkan politik pecah belah.
Beberapa tokoh setempat termakan hasutan dan berbalik memusuhi Radin Inten II.
Pada 1856, Belanda mengirim pasukan besar. Meski diserang dari berbagai arah, Radin Inten II mampu menghindar dan mengelabui lawan selama berbulan-bulan.
Namun, pengkhianatan Radin Ngerapat menjadi titik akhir perjuangannya. Dalam pertemuan yang diset up sebagai jebakan, Radin Inten II diserang dan gugur pada 5 Oktober 1856, di usia yang baru menginjak 22 tahun.