Saatnya Rektor Bertransformasi: Dari Menara Gading ke Pemberdayaan

ILUSTRASI Saatnya Rektor Bertransformasi: Dari Menara Gading ke Pemberdayaan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway---
Momentum ini harus dimaknai sebagai ajakan bagi seluruh rektor di Indonesia untuk menanggalkan mentalitas ”zona nyaman jabatan” dan menggantinya dengan mentalitas ”pengabdi visi”.
Popularitas pribadi okelah, silakan, tetapi jangan sampai mengalahkan amanah besar untuk mencetak lulusan yang tangguh, inovatif, dan berdaya saing global.
Jika seorang anak muda 26 tahun saja dapat memimpin kampus dengan orientasi penuh pada kompetensi dan penyerapan kerja, para rektor dengan pengalaman puluhan tahun seharusnya bisa melampaui itu, asal mau membuka diri pada perubahan, mendengar kebutuhan dunia nyata, dan berani meninggalkan cara-cara lama yang tidak lagi relevan.
Seperti kata pepatah Arab, ”Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tak berbuah”. Pendidikan tinggi tanpa keberdayaan lulusannya adalah kemewahan yang sia-sia. Mari, kita pastikan setiap kampus menjadi ladang yang subur, yang menghasilkan generasi siap panen bagi masa depan bangsa.
Dengan niat dan iktikad baik, izinkan saya berbagi gagasan untuk bisa dipertimbangkan oleh para rektor dan pimpinan perguruan tinggi, dalam melakukan transformasi pendidikan tinggi masing-masing. Ada sepuluh poin yang saya susunkan sebagai berikut.
Satu, reformasi kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pastikan setiap mata kuliah berorientasi pada hard skills dan soft skills yang dibutuhkan industri, bukan hanya teori. Perbarui kurikulum minimal setiap dua tahun untuk menyesuaikan perkembangan teknologi dan tren pasar kerja.
Kedua, magang wajib terintegrasi dengan SKS. Jadikan magang di industri, perusahaan rintisan, atau lembaga penelitian sebagai bagian wajib dari kurikulum dengan bobot kredit akademik. Penilaian harus berbasis kinerja nyata di lapangan, bukan sekadar laporan formal.
Tiga, kemitraan strategis dengan dunia industri dan dunia usaha. Bentuk advisory board kampus yang beranggota pimpinan perusahaan, pelaku industri kreatif, dan pakar teknologi untuk memberikan masukan strategis. Jalankan link and match berkelanjutan, bukan proyek sesaat.
Empat, penguatan konektivitas global. Dorong pertukaran mahasiswa dan dosen, joint research, serta kolaborasi internasional agar lulusan memiliki wawasan global. Bangun jejaring dengan universitas luar negeri yang fokus pada teknologi masa depan dan kewirausahaan.
Lima, kurikulum masa depan (future-oriented programs). Tambahkan program studi atau mata kuliah pada emerging industries seperti AI, data science, energi terbarukan, blockchain, cybersecurity, dan sustainable business.
Enam, pusat karier dan inkubasi bisnis yang aktif. Pusat karier harus menjadi mitra aktif mahasiswa dan alumni dalam mendapatkan pekerjaan. Fasilitasi start-up incubator untuk mendorong mahasiswa membangun usaha sejak di bangku kuliah.
Tujuh, pendidikan karakter dan etika profesional. Integrasikan pembelajaran etika kerja, integritas, dan kepemimpinan di setiap program studi. Berikan pelatihan keterampilan komunikasi, kerja tim, dan pemecahan masalah sebagai bekal masuk dunia kerja.
Delapan, pemanfaatan teknologi pendidikan. Gunakan learning analytics, online learning platform, dan simulasi berbasis AI untuk mempercepat proses belajar dan memersonalisasi pembelajaran. Terapkan blended learning agar mahasiswa terbiasa dengan ritme kerja fleksibel seperti di industri modern.
Sembilan, evaluasi kinerja lulusan dan dosen secara berkala. Lakukan tracer study minimal setahun sekali untuk mengetahui tingkat penyerapan lulusan di pasar kerja. Gunakan hasilnya untuk mengukur kinerja rektor, dekan, dan dosen, lalu perbaiki metode pengajaran.
Sepuluh, fokus pada inklusivitas dan akses pendidikan terjangkau. Pastikan mahasiswa dari semua lapisan sosial dapat mengakses pendidikan bermutu dengan skema beasiswa, pembiayaan kreatif, atau program CSR. Bangun atmosfer kampus yang mendukung keberagaman budaya, bahasa, dan cara pandang.