Thailand dan Kamboja Sepakat Gencatan Senjata

GENCATAN SENJATA: Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim (tengah), Perdana Menteri Kamboja Hun Manet (kiri), dan Penjabat Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai berpose untuk foto setelah perundingan mengenai gencatan senjata di Putrajaya, Malaysi-FOTO DIAMBIL DARI INSTAGRAM HUN MANET-

PUTRAJAYA – Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim, pada Senin (28/7), mengumumkan Thailand dan Kamboja sudah menyepakati gencatan senjata tanpa syarat yang berlaku mulai tengah malam nanti.

Kesepakatan tersebut diumumkan Anwar dalam konferensi pers yang digelar di Putrajaya, ibu kota administratif Malaysia.

“Ini merupakan langkah awal yang penting untuk mengurangi ketegangan dan memulihkan perdamaian. Kedua belah pihak juga sepakat melanjutkan dialog langsung di tingkat Perdana Menteri, Menteri Luar Negeri, dan Menteri Pertahanan,” kata Anwar Ibrahim.

Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menyambut baik hasil perundingan yang dinilainya sangat baik dan menyatakan optimisme akan segera berakhirnya konflik.

Ia memperkirakan lebih dari 300.000 orang di kedua negara sudah mengungsi akibat pertempuran, dan berharap kesepakatan ini membuka jalan bagi mereka untuk kembali ke rumah masing-masing.

Meski perundingan damai telah dijadwalkan di Malaysia dengan dukungan ASEAN, Amerika Serikat, dan Tiongkok, kedua negara justru kembali bersitegang.

Thailand meragukan ketulusan Kamboja, sementara Kamboja membalas dengan tuduhan agresi militer.

Ketegangan ini terjadi menjelang pertemuan diplomatik penting yang dimediasi Malaysia, menyusul bentrokan mematikan di perbatasan yang meletus pekan lalu.

Bentrokan tersebut menewaskan sejumlah personel militer dan memaksa ribuan warga sipil mengungsi ke wilayah aman.

Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet menyampaikan, tujuan utama pertemuan di Kuala Lumpur adalah mencapai gencatan senjata segera.

Inisiatif ini disebut-sebut mendapat dukungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, dengan keterlibatan aktif Malaysia sebagai ketua ASEAN, serta keikutsertaan Tiongkok.

Namun, pernyataan berbeda datang dari Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai. Ia menyampaikan keraguan mendalam atas iktikad baik Kamboja.

“Kami tidak yakin dengan Kamboja. Tindakan mereka sejauh ini mencerminkan ketidaktulusan dalam menyelesaikan masalah,” ujar Phumtham sebelum menghadiri perundingan, dikutip dari Reuters, Senin (28/7).

Thailand juga menuduh Kamboja telah melanggar hukum internasional dan menyerang wilayah sipil.

Pernyataan keras ini memperlihatkan bahwa kepercayaan antara kedua negara masih rapuh, bahkan Ketika mereka hendak duduk bersama dalam forum perdamaian.

Kamboja tidak tinggal diam. Mereka dengan tegas membantah tuduhan dari Thailand. Menurut pihak Phnom Penh, justru Thailand yang telah membahayakan nyawa warga sipil.

Kamboja bahkan menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengecam dugaan agresi militer Thailand di perbatasan.

Saling tuduh ini tak hanya mencerminkan ketegangan militer, tetapi juga memperlihatkan krisis diplomatik yang mengakar dalam sejarah panjang perseteruan perbatasan antara kedua negara Asia Tenggara tersebut.(*) 

Tag
Share