Lampung Siap Menatap Ekonomi Semester II-2025

--FOTO ISTIMEWA

Konsumsi Rumah Tangga Baik dan Neraca Perdagangan Surplus
 
BANDARLAMPUNG – Kinerja ekonomi Lampung pada awal 2025 menunjukkan sinyal positif yang memperkuat optimisme menghadapi semester II. Pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT) tetap menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi daerah ditambah dengan surplus neraca perdagangan yang menguatkan fundamental eksternal daerah.
 
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Lampung Purwadhi Adhiputranto  menjelaskan bahwa konsumsi rumah tangga menyumbang 64,79% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Lampung, jauh melampaui pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang menyumbang 30,52%.
 
 
''Secara umum, ekonomi Lampung pada triwulan I-2025 tumbuh 5,47% (yoy). Ditopang oleh tiga sektor unggulan, yakni pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan. Pertanian tumbuh 5,42% didorong normalisasi siklus panen, industri pengolahan tumbuh 8,79% mencerminkan peningkatan produksi, dan sektor perdagangan naik 6,46% karena meningkatnya aktivitas masyarakat,” ujar Purwadhi dalam siaran pers yang dirilis Kamis (26/6).
 
 
Dari sisi stabilitas harga, kata Purwadhi, Lampung berhasil menjaga inflasi tetap terkendali pada level 2,12% (yoy) hingga akhir Mei dan masih dalam batas target nasional. ''Secara bulanan bahkan terjadi deflasi karena penurunan harga bawang dan cabai akibat musim panen," katanya.
 
Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Lampung, kata Purwadhi, juga menunjukkan performa yang solid.
 
''Hingga akhir Mei 2025, pendapatan negara tercatat sebesar Rp4,21 triliun atau 37,86% dari target, tumbuh 24,43% dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini terutama didorong lonjakan penerimaan bea keluar, khususnya dari komoditas ekspor unggulan seperti crude palm oil (CPO) dan batu bara. Walaupun ekspor sempat terkontraksi secara bulanan akibat kondisi global, neraca perdagangan Lampung tetap surplus USD238,41 juta, menunjukkan ketahanan sektor eksternal kita,” ungkapnya.
 
 
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), kata Purwadhi, juga tumbuh positif sebesar 4,62% (yoy) dengan kontribusi terbesar berasal dari PNBP lainnya dan pendapatan Badan Layanan Umum (BLU).
 
''Sementara belanja negara mencapai Rp11,92 triliun dengan komposisi Rp2,69 triliun belanja pemerintah pusat dan Rp9,23 triliun transfer ke daerah. Efisiensi belanja tercermin dari kontraksi tahunan sebesar -7,85% (yoy), terutama pada pos belanja barang dan modal. Meski demikian, dibandingkan bulan sebelumnya realisasi belanja mengalami peningkatan signifikan. Menandakan mulai bergeraknya pelaksanaan program di lapangan," kata Purwadhi.
 
Belanja bantuan sosial, kata Purwadhi, justru tumbuh 11,34% (yoy) menjadi instrumen penting menjaga daya beli masyarakat. 
 
 
Di sisi lain, kata Purwadhi, transfer ke daerah menunjukkan progres menggembirakan. Dana alokasi umum telah tersalur 44,20% dari pagu dan Dana Desa mencapai 49,83%, nyaris menyentuh separo pagu sebelum pertengahan tahun. ''Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah memperkuat desa sebagai fondasi pembangunan nasional," ungkapnya.
 
 
Tak hanya itu. Menurut Purwadhi, Lampung juga mencatat sejarah sebagai provinsi pertama yang menyelesaikan 100% musyawarah desa khusus dalam rangka pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDMP). ''Kabupaten Waykanan memimpin dengan 311 unit koperasi terbentuk diikuti Pesisir Barat dan Tulangbawang Barat," katanya.
 
Meningkatkan efisiensi dan transparansi
penyaluran Tunjangan Profesi Guru (TPG) juga mengalami reformasi besar. ''Melalui kebijakan baru Kemendikdasmen, pembayaran dilakukan langsung dari kas negara ke rekening guru tanpa perantara. Dari pagu Rp2,12 triliun telah disalurkan Rp462,26 miliar kepada 38.240 guru hingga akhir Mei 2025. Ini dinilai sebagai langkah strategis untuk meningkatkan motivasi pendidik dan kualitas layanan pendidikan nasional," ucapnya.
 
 
 
Dengan konsumsi rumah tangga yang kuat, inflasi yang terkendali, surplus perdagangan, serta APBN yang adaptif dan efisien, kata Purwadhi, Lampung memiliki bekal awal yang kokoh untuk menghadapi tantangan ekonomi semester kedua. “APBN tetap menjadi shock absorber yang efektif dalam menjaga stabilitas ekonomi daerah di tengah dinamika global,” tegasnya. (rls)

Tag
Share