Serangan Israel ke Iran Guncang Pasar Global

Radar Lampung Baca Koran--
Harga minyak melonjak lebih dari 7 persen, setelah serangan Israel ke Iran. Serangan ini telah meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan meningkatkan kekhawatiran tentang terganggunya pasokan minyak mentah.
Minyak mentah Brent berjangka naik US$ 5,29 atau 7,63 persen menjadi US$ 74,65 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate naik US$ 5,38 atau 7,91 persen menjadi US$ 73,42 per barel dengan titik tertingginya di US$ 74,35 pada 3 Februari 2025.
’’Serangan Israel terhadap Iran telah meningkatkan risiko lebih lanjut. Konflik akan meningkat ke titik Iran membalas serangan tersebut dan memengaruhi infrastruktur minyak di kawasan tersebut sebelum pasokan minyak benar-benar terdampak secara material," kata analis energi senior MST, Marquee Saul Kavonic, seperti dilansir dari Reuters, Jumat (13/6/2025).
Dia memperkirakan, dalam skenario ekstrem pasokan minyak mentah Iran bisa turun hingga 20 juta barel per hari dampak dari serangan. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut serangan Israel terhadap Iran ditujukan untuk merusak infrastruktur nuklirnya, pabrik rudal balistiknya, dan banyak kemampuan militernya.
Terpisah, PT Pertamina (Persero) telah menyiapkan skenario reroute atau pengubahan jalur pelayaran logistik apabila konflik di kawasan Timur Tengah semakin memanas.
“Kalau kemarin-kemarin saat terjadi beberapa konflik, biasanya melakukan reroute, cari jalur pelayaran distribusi yang aman,” ujar VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso, dikutip dari Antara, Jumat (13/6/2025).
Fadjar menyampaikan, mitigasi dampak dari konflik di Timur Tengah nantinya akan dilakukan oleh Pertamina International Shipping (PIS) dan Pertamina Patra Niaga. Sejauh ini, kata Fadjar, konflik yang terjadi antara Israel dan Iran belum berdampak kepada Pertamina. Oleh karena itu, reroute masih menjadi skenario mitigasi.
Selain reroute, Pertamina juga mempersiapkan diri untuk mengimpor crude (minyak mentah) dari negara lain yang berlokasi di luar kawasan Timur Tengah. (beritasatu/c1/yud)