Guru TK Al Kautsar Ikuti Pelatihan Deep Learning

PELATIHAN: Sebanyak 16 guru TK Al Kautsar mengikuti Pelatihan Pendekatan Deep Learning pada Pembelajaran Anak Usia Dini, Rabu (11/6). -FOTO DOK. AL KAUTSAR -
Prof. Een mengatakan, penerapan pendekatan pembelajaran mendalam akan mewujudkan delapan dimensi profil lulusan. ‘’Yakni keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kewargaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, dan komunikasi,” ungkapnya.
Prof. Een menyatakan ada tiga level dalam pembelajaran mendalam. ‘’Pertama, memahami. Yakni berupa pengetahuan esensial, pengetahuan aplikatif, serta pengetahuan nilai dan karakter. Kedua, mengaplikasi. Yakni berupa pendalaman pengetahuan dengan mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan secara kontekstual. Ketiga, merefleksi. Yakni berupa regulasi diri. Kemampuan individu untuk mengelola proses belajarnya secara mandiri,” paparnya.
Peran guru dalam pembelajaran mendalam, kata Prof. Een, adalah sebagai aktivator dengan menstimulasi peserta didik mendapat tujuan pembelajaran. ‘’Lalu, sebagai kolaborator dengan membangun kolaboratif inkuiri dengan peserta didik serta sebagai pengembang budaya belajar dengan memberikan kepercayaan dan peluang mengambil risiko kepada peserta didik dalam mengembangkan kreativitas maupun berinovasi,” ujarnya.
Prof. Een memberi contoh langkah-langkah pembelajaran mendalam pada pendidikan usia dini dengan tema “Tanaman”. ‘’Minggu pertama, guru membuka pembelajaran dengan salam, doa bersama, dan sapaan ramah untuk menciptakan suasana positif, menerapkan permainan pemusatan konsentrasi, menumbuhkan kesadaran anak bahwa tanaman merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang perlu dirawat, serta menayangkan video kondisi tanaman yang terawat dan tidak terawat,” katanya.
Guru, kata Prof. Een, memberi pertanyaan pemantik untuk menstimulasi empati anak “Apakah kondisi tanaman tersebut berbeda?’’ dan “Kenapa ada tanaman yang tumbuh dan tidak tumbuh?”.
Lalu, kata Prof. Een, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan mengaitkan peran peserta didik “Apa yang dapat kita lakukan untuk merawat tanaman agar tumbuh baik?”.
Pada minggu kedua, kata Prof. Een, pembelajaran dilanjutkan dengan melakukan kunjungan ke penjual tanaman, peserta didik mengamati tanaman-tanaman yang ada di sana, melakukan tanya-jawab dengan penjual tanaman tentang cara merawat tanaman, bercerita tentang kunjungan ke penjual tanaman tersebut, dan guru menumbuhkan kesadaran kepada anak mengenai pentingnya menyayangi tanaman.
Minggu ketiga, kata Prof. Een, anak berdiskusi dengan teman dan guru pendamping untuk merancang proyek pertumbuhan tanaman, anak menanam tanaman dan mengamati perubahannya, anak mempresentasikan kegiatan proyek pertumbuhan tanaman, serta anak memperoleh umpan balik dari guru dan temannya.