BMKG: Hujan Masih Terjadi hingga Akhir Agustus di Tengah Musim Kemarau Basah

BMKG Lampung menyebut fenomena kemarau basah akan memperpanjang potensi hujan hingga Agustus 2025.-FOTO IST -
BANDARLAMPUNG – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Lampung memperkirakan fenomena kemarau basah masih berlangsung hingga akhir Agustus 2025. Akibatnya, hujan dengan intensitas ringan hingga sedang tetap berpotensi turun meski Indonesia sedang memasuki musim kemarau.
Rudy Haryanto, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Lampung, menjelaskan bahwa fenomena kemarau basah ini dipicu sejumlah faktor. Salah satunya pengaruh La Nina yang saat ini mulai melemah menuju fase netral.
“La Nina meningkatkan suhu permukaan laut, yang menghasilkan uap air berlimpah dan memicu terbentuknya awan hujan,” jelas Rudy, Selasa (10/6).
Selain La Nina, fenomena cuaca global seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin dan Rossby, serta perubahan iklim juga turut mendongkrak curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.
Ia menyebutkan, kemarau basah biasanya ditandai oleh curah hujan sporadis berintensitas ringan hingga sedang, suhu udara yang cenderung lebih sejuk dibandingkan kemarau kering, serta cuaca yang berubah cepat. Meski begitu, udara tetap terasa panas di siang hari.
BACA JUGA: Produksi Jagung Nasional Meroket 50 Persen
Menurut Rudy, kemarau basah memberikan dampak positif dan negatif. Di sektor pertanian, misalnya, hujan selama musim kemarau bisa mengurangi risiko kekeringan serta menekan biaya irigasi. Namun, di sisi lain, pola tanam dapat terganggu dan serangan hama berpotensi meningkat akibat cuaca yang tak menentu.
“Selain sektor pertanian, kondisi ini juga bisa berdampak pada kesehatan masyarakat. Kelembapan udara tinggi dapat memicu penyakit seperti demam berdarah dan diare,” ujarnya.
Ia menambahkan, masyarakat juga perlu waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti angin kencang, banjir, dan tanah longsor yang bisa terjadi selama periode ini.
BMKG mencatat, sejumlah wilayah di Lampung akan mengalami puncak musim kemarau pada bulan berbeda. Wilayah seperti Pesawaran, Lampung Timur, Tanggamus, dan Lampung Barat diprediksi memasuki puncak kemarau pada Juni 2025. Sementara itu, Bandar Lampung, Metro, dan Lampung Tengah akan mengalami puncaknya pada Agustus, dan Lampung Selatan pada September.
Rudy juga menyampaikan bahwa kemarau basah bukan fenomena baru di Indonesia. Sebelumnya, kondisi serupa telah terjadi pada 2010, 2013, 2016, 2020, 2023, dan kini terulang kembali pada 2025.
“BMKG mengimbau masyarakat untuk terus memantau informasi cuaca dan mengambil langkah antisipasi yang diperlukan,” tutupnya. (mel/c1/abd)