Zainut Tauhid Usul Koalisi Partai Islam Nonparlemen, PPP Diminta Jadi Inisiator

Zainut Tauhid Sa’adi, politikus senior PPP, mengusulkan pembentukan koalisi partai Islam nonparlemen pascagagal lolos ke parlemen. -FOTO DOK. JPC-

JAKARTA – Meski gagal menembus ambang batas parlemen pada Pemilu 2024, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dinilai masih memiliki basis massa yang kuat dan sejarah panjang sebagai partai politik Islam di Indonesia.
Di tengah dinamika internal partai menjelang Muktamar 2025, muncul usulan strategis dari salah satu tokoh seniornya.
Zainut Tauhid Sa’adi, mantan wakil menteri agama dan politikus senior PPP, mengusulkan agar partai-partai Islam nonparlemen membentuk koalisi besar. Menurutnya, hal ini bisa menjadi langkah penting untuk mengonsolidasikan kekuatan politik Islam yang selama ini tercerai-berai.
“Siapa yang menjadi Ketua Umum memang penting, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mengembalikan kepercayaan publik kepada PPP sebagai representasi politik Islam,” ujar Zainut dalam keterangan tertulisnya, Senin (2/6).
Zainut menilai, ketidakhadiran partai-partai Islam seperti PPP, PBB, Partai Ummat, Partai Gelora, dan Partai Masyumi Baru di parlemen seharusnya menjadi titik balik untuk membangun kesadaran kolektif di antara elite politik Islam.
“Momentum kegagalan masuk parlemen harus dimanfaatkan untuk konsolidasi. Ini saat yang tepat untuk menyatukan kekuatan politik Islam, dan seharusnya PPP yang memelopori,” katanya.
Sebagai pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI), Zainut menekankan pentingnya koalisi tersebut tidak hanya untuk kepentingan elektoral, tetapi juga demi mengagregasi aspirasi umat dan memperkuat posisi politik Islam di panggung nasional.
Zainut menyebut koalisi partai-partai Islam akan memberikan sejumlah manfaat strategis, antara lain:
Mengembalikan kepercayaan publik terhadap partai Islam sebagai saluran politik umat.
Meningkatkan daya tawar dalam konstelasi politik nasional.
Meningkatkan efektivitas kerja sama antarpartai Islam untuk mencapai tujuan ideologis bersama.
Membuka peluang keterwakilan lebih besar di parlemen dan lembaga pemerintahan melalui proses rekrutmen kepemimpinan nasional yang terkoordinasi.
Meskipun mengakui bahwa pembentukan koalisi ini bukan hal mudah, Zainut menegaskan bahwa kebutuhan akan persatuan partai-partai Islam masih sangat relevan di tengah tantangan politik nasional saat ini.
“Sekaranglah momentum paling tepat untuk membuka dialog dengan partai-partai Islam mengenai gagasan ini. Dan saya kira, elit PPP yang harus menjadi pelopornya, bukan justru sibuk mencari-cari calon Ketua Umum,” tegasnya. (jpc/c1/abd)

Tag
Share