Segmen Ritel Didorong Adaptasi dengan Perubahan Pasar

BERBELANJA: Pengunjung berbelanja di salah satu gerai ritel modern di kawasan Depok, Jawa Barat.--FOTO SALMAN TOYIBI/JAWA POS

 

Terkait beberapa ritel yang menutup gerai di sejumlah titik, Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) berpendapat bahwa tingginya biaya operasional dan ketidakmampuan bersaing dengan peritel yang memiliki skala bisnis lebih besar disinyalir menjadi salah satu penyebab sejumlah toko ritel, terutama di wilayah perkotaan, terpaksa menutup gerainya.

 

"Karena mungkin cost-nya besar. Misalnya tokonya cuma 10. Tidak bisa bersaing dengan yang tokonya banyak," ujar Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah.

 

Selain itu, Budihardjo menyebutkan pergeseran preferensi konsumen ke platform online juga menjadi tantangan tersendiri bagi peritel konvensional. Meski demikian, Budihardjo menilai prospek industri ritel di Indonesia akan tetap tumbuh positif di tengah maraknya toko ritel yang berguguran. Besarnya populasi Indonesia, yang mencapai sekitar 270 juta jiwa, menurutnya menjadi pasar domestik yang sangat potensial.

 

"Proyeksi pertumbuhan ritel di Indonesia bervariasi tergantung segmennya. Untuk segmen personal care, pertumbuhan bahkan bisa mencapai 10 persen dengan kontribusi terbesar dari penjualan online. Sementara itu, segmen minimarket diperkirakan tumbuh sekitar 8 sampai 9 persen," tegasnya. (jpc/c1)

 

Tag
Share