Pelajar SMP di Bekasi Jadi Korban Penganiayaan karena Ungkap Dugaan Potongan Dana PIP, Tolak Damai

DMH, pelajar SMP swasta di Bekasi, mengalami penganiayaan setelah mengkritik dugaan potongan bantuan PIP oleh sekolah. -FOTO DISWAY.ID -

BEKASI – Seorang pelajar kelas IX di sebuah SMP swasta di Kota Bekasi berinisial DMH (16) menolak penyelesaian secara kekeluargaan atas kasus penganiayaan yang dialaminya.
Penganiayaan tersebut diduga dilakukan oleh anak kepala sekolah (Kepsek) setelah DMH mengkritik dugaan pemotongan dana Program Indonesia Pintar (PIP) oleh pihak sekolah.
“Kalau cara kekeluargaan, keluarga saya menolak. Sampai kapan pun tidak mau selesai dengan cara kekeluargaan,” ujar DMH, Selasa (27/5/2025).
Ia menjelaskan bahwa pelaku sempat mengajukan mediasi, namun keluarga korban menolaknya karena tidak melihat adanya itikad baik dari pihak pelaku. Bahkan, menurut DMH, keluarga sudah memberi kesempatan agar pihak sekolah datang dan meminta maaf, namun undangan itu tidak direspons.
“Orangtua saya sudah memberikan kesempatan, tapi mereka tidak datang. Jadi nasi sudah jadi bubur, kesempatan juga sudah dikasih,” tegasnya.
DMH menyatakan bahwa kasus ini akan tetap diproses secara hukum.
Sebelumnya, DMH mengungkapkan kritik terhadap dugaan potongan dana bantuan PIP yang ia terima. Ia mengatakan sudah mendapatkan bantuan sebanyak dua kali senilai masing-masing Rp750 ribu.
Namun, pada pencairan pertama, uang langsung dimasukkan ke SPP tanpa sepengetahuannya. Pada pencairan kedua, bantuan dipotong Rp150 ribu.
Merasa tidak adil, DMH menyampaikan keluhan tersebut lewat media sosial. Dalam unggahan tersebut, ia menggambarkan seorang manusia berkepala tangan sedang memegang uang pecahan Rp100 ribu dengan latar belakang gedung sekolah. Unggahan itu dinilai pihak sekolah sebagai pencemaran nama baik.
DMH sempat dipanggil untuk mediasi bersama pihak sekolah, orang tua murid, dan guru. Ia mengaku terpaksa mengalah karena khawatir kelulusannya terhambat.
Namun, setelah mediasi, DMH kembali menyuarakan kekecewaannya lewat media sosial.
Puncaknya terjadi pada Senin, 19 Mei 2025. Saat hendak mengikuti ujian, DMH didatangi pelaku ke ruang kelas dan langsung dianiaya.
“Tiba-tiba dia masuk sambil teriak, terus tonjok kening saya. Kepala saya terbentur tembok. Lalu dia tonjok lagi bagian rahang. Sekarang masih sakit dan susah dibuka,” ungkap DMH.
Kasus ini kini dalam penanganan pihak berwajib. Keluarga korban berharap pelaku bertanggung jawab secara hukum. (disway/c1/abd)

Tag
Share