BMKG: Indonesia Alami Kemarau Basah, Cuaca Panas dan Hujan Deras Bisa Terjadi Bersamaan

Fenomena kemarau basah menyebabkan cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia: siang panas, malam hujan deras dan petir. -FOTO IST -
JAKARTA – Dalam beberapa pekan terakhir, masyarakat di berbagai wilayah Indonesia dibuat bingung dengan kondisi cuaca yang tak menentu. Siang terasa panas menyengat, tetapi sore hingga malam sering diguyur hujan deras disertai angin kencang dan petir.
Menanggapi fenomena ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa Indonesia sedang mengalami kemarau basah –sebuah anomali cuaca di mana hujan tetap turun meskipun kalender klimatologis menunjukkan musim kemarau.
Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, fenomena ini terjadi karena suhu permukaan laut di sekitar Indonesia tetap hangat, yang mendorong penguapan tinggi dan membentuk awan hujan.
“Akibatnya, meskipun secara teknis kita sudah memasuki musim kemarau, frekuensi dan intensitas hujan masih cukup tinggi, khususnya di wilayah barat dan tengah Indonesia,” ungkap Dwikorita.
BMKG memprediksi kondisi kemarau basah akan berlangsung hingga Agustus 2025. Setelah itu, sebagian wilayah diperkirakan mulai memasuki masa transisi menuju musim hujan.
Tiga Faktor Pemicu Utama Kemarau Basah
BMKG mengidentifikasi tiga faktor utama penyebab kemarau basah tahun ini: Suhu permukaan laut (SPL) yang lebih hangat dari normal di perairan sekitar Indonesia, memicu penguapan dan pembentukan awan. Gangguan atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan monsun Asia, yang memperkuat potensi hujan.
Dampak perubahan iklim global, yang meningkatkan ketidakpastian cuaca, memendekkan musim kemarau, dan memperpanjang musim hujan atau menyebabkan hujan di luar musim.
Dari pantauan BMKG, sejumlah pemerintah daerah seperti Pemkot Jakarta Barat telah mengimbau aparatur sipil negara (ASN) untuk aktif memantau lingkungan sekitar, mengantisipasi potensi genangan dan banjir lokal akibat hujan dadakan, terutama di kawasan dengan sistem drainase buruk.
Imbauan BMKG untuk Masyarakat: Rutin memantau prakiraan cuaca harian; Hindari berteduh di bawah pohon saat hujan deras dan petir; Petani diminta menyesuaikan jadwal tanam dan panen dengan data iklim terbaru.
Fenomena kemarau basah ini menunjukkan bahwa cuaca kini tidak lagi bisa diprediksi hanya dari kalender. Perubahan iklim telah membuat dinamika atmosfer lebih kompleks, sehingga adaptasi dan kewaspadaan menjadi kunci agar aktivitas masyarakat tetap berjalan dengan lancar.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan hujan disertai petir masih mengguyur sebagian besar kota besar di Indonesia, Minggu (23/3).
Masyarakat diminta waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat menyertai kondisi tersebut.
Prakirawati BMKG Rira Damanik dalam siaran daring yang diikuti di Jakarta menjelaskan bahwa hujan dengan intensitas ringan, yakni curah hujan kurang dari 2,5 mm per jam, diperkirakan mengguyur sejumlah kota besar, seperti Medan, Pekanbaru, Bandung, Pontianak, Denpasar, Mataram, Kupang, Palu, Kendari, Makassar, Ternate, Sorong, Manokwari, Jayawijaya, dan Jayapura.
Sementara itu, beberapa kota lainnya seperti Padang, Banjarmasin, Tanjung Selor, dan Merauke diperkirakan akan mengalami hujan berintensitas sedang, dengan curah hujan kurang dari 5,0 mm per jam.
Selain itu, BMKG juga memperkirakan bahwa hujan yang disertai petir akan mengguyur kota-kota seperti Tanjung Pinang, Jambi, Bengkulu, Pangkal Pinang, Palembang, Bandar Lampung, Semarang, Surabaya, Palangka Raya, Samarinda, Mamuju, dan Nabire.
Untuk kota-kota seperti Banda Aceh, Serang, Jakarta, Yogyakarta, Manado, Gorontalo, dan Ambon, BMKG memprediksi kondisi cuaca berawan dan/atau berkabut sepanjang hari dengan suhu udara berkisar antara 25-30 derajat Celsius.
Rira Damanik juga mengungkapkan bahwa kondisi cuaca yang hampir merata ini dipengaruhi oleh beberapa faktor atmosfer. BMKG mendeteksi keberadaan Bibit Siklon Tropis 91S di Samudera Hindia barat daya Lampung dan Bibit Siklon Tropis 92S di Samudera Hindia selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Timur. Selain itu, sirkulasi siklonik di Samudera Hindia barat daya Bengkulu dan perlambatan kecepatan angin di wilayah Aceh hingga Laut Sulawesi turut berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan awan penghujan.
BMKG juga mengingatkan potensi terjadinya gelombang laut tinggi di beberapa wilayah. Gelombang laut diperkirakan bisa mencapai tinggi 2,5 hingga 4 meter akibat peningkatan kecepatan angin lebih dari 25 knots di Samudera Hindia selatan Jawa Tengah hingga Nusa Tenggara Timur.
Di samping itu, BMKG juga memperingatkan adanya potensi banjir rob di Pesisir Kepulauan Riau, Jambi, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah. Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir diminta untuk lebih waspada terhadap potensi bencana tersebut.
BMKG juga mengimbau pelaku pelayaran kapal dan nelayan untuk berhati-hati terhadap gelombang laut yang cukup tinggi tersebut, guna menjaga keselamatan. (disway/c1/abd)