Jadi Penyalur PMI Terbesar Kelima, Lampung Jadi Perhatian Menteri P2MI

Radar Lampung Baca Koran--
BANDARLAMPUNG - Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding menyebut akan membentuk kelas migrasi di seluruh SMA dan SMK di Lampung.
Terobosan ini sebagai langkah untuk membekali siswa dengan kompetensi sebagai calon PMI. Sekolah-sekolah dengan jumlah siswa sedikit akan digabung dan difungsikan sebagai pusat pelatihan vokasi.
Dijelaskan Abdul Kadir, Lampung sendiri tercatat sebagai penyumbang pekerja migran terbesar kelima di Indonesia, setelah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.
Di mana daerah-daerah seperti Lampung Timur, Pringsewu, Lampung Selatan, dan Lampung Tengah merupakan kantong utama PMI dari Lampung.
BACA JUGA:P2MI dan Polda Lampung Perang Lawan TPPO
Dia menilai ini mampu mengurangi angka pengangguran serta memperkuat ekonomi daerah dan juga meningkatkan ekonomi keluarga jika dikelola dengan baik.
’’Ini adalah potensi besar. Kita ingin membangun ekosistem pelindung PMI di Lampung yang mencakup pelatihan, keterampilan, sertifikasi, pemeriksaan kesehatan, dan pelatihan bahasa," ujarnya, Kamis (15/5).
Pembangunan ekosistem ini, lanjut dia, bertujuan agar biaya pemberangkatan PMI jadi lebih terjangkau.
Lanjut Abdul Kadir, target penempatan PMI dari Lampung ditetapkan antara 20.000 hingga 30.000 orang per tahun.
Pada kesempatan tersebut, dia memberi contoh terkait keberhasilan di Desa Bumidaya, Lampung Selatan. Dari 2.000 penduduk, 250 di antaranya menjadi PMI dan mampu mengirim uang hingga Rp500 juta setiap bulan ke desa tersebut yang tentunya akan dijadikan modal.
’’Ini akan sangat membantu dalam penguatan ekonomi keluarga sekaligus penguatan ekonomi desa dan daerah," tuturnya.
Lebih lanjut Abdul Kadir menjelaskan, permintaan tenaga kerja dari luar negeri saat ini mencapai 1,5 juta orang. Tetapi baru sekitar 297 ribu yang berhasil diberangkatkan tahun lalu.
Negara tujuan tersebar di Asia, Eropa, Amerika, hingga Afrika, dengan dominasi di Malaysia, Taiwan, Hongkong, Jepang, Korea, Belanda, dan Jerman.
’’Permintaan pekerjaan dari luar negeri yang sekarang tercatat di kementerian itu ada 1,5 juta dan tahun lalu kita baru mengisi 297 ribu. Artinya ada ruang lowongan kerja yang belum kita isi sehingga caranya adalah dengan melatih karena butuh keterampilan dan bahasa," kata dia.