Produktivitas Riset Perguruan Tinggi di Indonesia di Tengah Efisiensi

ILUSTRASI gairah riset perguruan tinggi: perjodohan, dan aktualisasi diri-ILUSTRASI MAULANA PAMUJI GUSTI/HARIAN DISWAY -

Oleh: Muhammad Turhan Yani*

MENAKJUBKAN dan membanggakan. Itulah dua kata yang layak disematkan kepada PTNBH se-Indonesia yang berjumlah 25 sampai tahun 2025. PTNBH merupakan singkatan dari perguruan tinggi negeri badan hukum yang memiliki mandat untuk mengelola kelembagaan perguruan tinggi seluas-luasnya sesuai peraturan perundang-undangan.

Kebijakan efisiensi dalam berbagai bidang –termasuk di lingkungan institusi pendidikan tinggi di Indonesia– tidak menyurutkan semangat dan optimisme para peneliti dan pimpinan lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (LPPM) PTNBH untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui riset-riset terbaiknya. Sejak awal Maret 2025, para pimpinan LPPM PTNBH telah menyiapkan para peneliti terbaiknya untuk diajukan pada program Riset Kolaborasi Indonesia (RKI) PTNBH. Para peneliti dari berbagai latar belakang keilmuan telah mengajukan proposal penelitian secara kolaboratif melalui tiga skema. 

BACA JUGA:BoemiKita Bahas Penanganan dan Pengelolaan Sampah di Lampung

Yaitu, skema A kolaborasi antar-PTNBH, skema B kolaborasi antara-PTNBH dan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), serta skema C antara PTNBH dan PT luar negeri.

Setiap LPPM PTNBH telah menyiapkan anggaran yang tergolong besar, mulai Rp 500 juta sampai Rp 6 miliar. Total proposal pada gelaran RKI PTNBH 2025 sekitar 650 proposal yang dikolaborasikan dan dikompetisikan. 

Finalisasi hasil seleksi proposal yang lolos dari seluruh skema RKI PTNBH setelah melalui proses seleksi yang sangat ketat, sebanyak 206 proposal dinyatakan lolos didanai dan telah diumumkan pada 9 April 2025. 

Besaran dana penelitian setiap proposal untuk peneliti host sebesar Rp 100 juta dan untuk mitra sebesar Rp 75 juta.

Program RKI PTNBH telah berlangsung sejak 2018, saat itu diinisiasi empat PTNBH papan atas. Yakni, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Airlangga (Unair), dan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Kemudian, berkembang terus sampai sejumlah 25 PTNBH saat ini yang di dalamnya termasuk perguruan tinggi eks institut keguruan dan ilmu pendidikan (IKIP) negeri yang telah berstatus PTNBH.

Dalam program RKI, pimpinan LPPM seperti seorang marketing yang memasarkan para peneliti terbaiknya dengan proposal yang disusun sesuai persyaratan yang ketat. 

Di antaranya, peneliti host (ketua) memiliki h-indeks Scopus minimal 3 dan mitra minimal 2 dan berkualifikasi doktor. 

Artinya, para peneliti telah memiliki rekam jejak penelitian yang baik, antara lain, ditandai dengan memiliki beberapa artikel yang telah dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi (JIB) terindeks Scopus atau Web of Science (WoS) rata-rata quartile (Q1-Q2) sebagai penulis pertama.

Proses seleksi proposal sangat ketat melalui telaah dari dua reviewer dari kalangan guru besar yang ditugaskan oleh masing-masing LPPM PTNBH sesuai bidang keilmuan yang dibutuhkan. Jumlah total reviewer sekitar 60 guru besar. 

Tag
Share