Dosen Arsitektur UBL Sikapi Kerja Sama dengan Kitakyushu

SIKAPI INISIATIF GUBERNUR: Dr. Eng. Dadang Hartabela, Wakil Direktur Center for SDGs Studies dan Dosen Arsitektur UBL.-FOTO IST -

BANDARLAMPUNG – Dr. Eng. Dadang Hartabela, Wakil Direktur (Wadir) Center for SDGs Studies dan Dosen Arsitektur Universitas Bandar Lampung (UBL), menjelaskan bahwa kerja sama Lampung dan Kitakyushu menjadi peluang besar untuk kerja sama sister city atau sister province. Hal ini terkait Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal yang telah membuka peluang kerja sama internasional melalui program Sister City guna mengembalikan kejayaan sektor kelautan Lampung dengan pendekatan berbasis lingkungan. Di mana, kolaborasi ini diyakini mempercepat transformasi industri maritim dan perikanan daerah sekaligus menjamin kelangsungan ekosistem pesisir. 

Menyikapi inisiatif tersebut, kata Dadang, Kitakyushu, Jepang, menjadi salah satu mitra potensial yang patut dipertimbangkan.  "Kota ini telah berhasil dalam pengelolaan lingkungan dan pembangunan maritim berkelanjutan, menjadikannya contoh yang relevan bagi Lampung," ucapnya, Senin (24/3).

BACA JUGA:Bangun Budaya Positif melalui Pilmapres

Di era globalisasi dan pembangunan berbasis kemiskinan, jelasnya, kerja sama antar daerah di berbagai negara semakin krusial. Salah satu mekanisme yang terbukti efektif dalam mempercepat pertumbuhan daerah adalah program Sister City atau Sister Province Surabaya. Misalnya telah menjalin kerja sama dengan Kitakyushu dalam pengelolaan lingkungan dan infrastruktur perkotaan. 

”Keberhasilan ini menunjukkan bahwa kemitraan dengan Kitakyushu bukan sekadar wacana, tapi dapat diwujudkan dengan langkah nyata,” tandasnya.

Lebih rinci, Dadang menyampaikan Lampung dan Kitakyushu memiliki peluang besar untuk menjalin strategi kemitraan yang saling menguntungkan.  Kesamaan geografis, potensi ekonomi, serta visi pembangunan berbasis lingkungan menjadikan kerja sama ini sangat layak untuk diwujudkan.

Menurutnya baik Kitakyushu maupun Lampung memiliki karakteristik geografis yang serupa. Yaitu berbatasan dengan perairan dan memiliki pelabuhan strategis. 

Kitakyushu yang terletak di utara Pulau Kyushu memiliki Pelabuhan Moji dan Kokura yang menjadi pusat perdagangan dan industri di Jepang.  Sementara, Lampung memiliki Pelabuhan Panjang dan Bakauheni yang menjadi gerbang utama logistik antara Sumatera dan Jawa.

”Kesamaan ini membuka peluang untuk berbagi pengalaman dan teknologi dalam pengelolaan pelabuhan, logistik maritim, serta pengembangan ekonomi berbasis kelautan. Kitakyushu yang telah maju dalam pengelolaan pelabuhan dan industri maritim berkelanjutan dapat membantu Lampung dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing sektor maritimnya,” sebutnya.

Lalu, imbuhnya, Kitakyushu dikenal sebagai Eco-Model City, yang berhasil mengatasi masalah polusi akibat industrialisasi dan kini menjadi contoh global dalam pengelolaan lingkungan.  Lampung di sisi lain juga tengah berupaya meningkatkan keberlanjutan, terutama dalam sektor perikanan, konservasi pesisir, dan energi terbarukan.

”Melalui kerja sama ini, Lampung dapat belajar dari Kitakyushu dalam pengelolaan limbah industri, pemanfaatan energi hijau, serta strategi pembangunan kota yang berwawasan lingkungan.  Manfaatnya tidak hanya akan dirasakan pada sektor ekonomi, tapi juga pada ekosistem pesisir di Lampung,” katanya.

Masih menurut Dadang, Kitakyushu memiliki universitas dan pusat penelitian seperti Kyushu Institute of Technology dan University of Kitakyushu yang memiliki keunggulan dalam bidang teknologi industri dan lingkungan.  Jika Lampung menjalin kemitraan akademik dengan Kitakyushu, ini akan membuka berbagai peluang strategi, seperti pertukaran pelajar, penelitian bersama, serta pengembangan teknologi kelautan dan perikanan berbasis AI dan IoT.

”Saat ini, setidaknya dua perguruan tinggi di Lampung telah menjalin kerja sama dalam program pertukaran mahasiswa dengan The University of Kitakyushu, yakni Universitas Bandar Lampung dan Institut Teknologi Sumatera,” tukasnya. (gie/c1/rim)

 

Tag
Share