Ramadan sebagai Momentum Transformasi Diri

Luqman Hidayat, M.Pd.--
RAMADAN hadiah yang agung bagi kita semua. Ia hadir sebagai cahaya di tengah gelapnya kelalaian, sebagai embun yang menyejukkan jiwa-jiwa yang kering dari zikir dan amal saleh.
Di bulan ini, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setiap amal ibadah akan dibalas dengan pahala berlipat ganda.
Namun, apakah kita sudah benar-benar menyadari arti pentingnya kehadiran Ramadan?
Bulan Ramadan datang berkali-kali dalam hidup kita, tapi apakah kepergiannya selalu meninggalkan bekas yang mendalam di hati kita?
Atau justru ia berlalu begitu saja, tanpa ada perubahan yang berarti dalam diri kita? Jika memang pada bulan Ramadan tahun-tahun yang lalu kita kurang memanfaatkannya dengan maksimal, mari kita jalani Ramadan tahun ini lebih bermakna.
Kita jadikan Ramadan ini sebagai perjalanan spiritual yang membersihkan hati dan jiwa, mengasah kesabaran, dan mendidik kita untuk lebih dekat kepada Allah.
Lisan yang terbiasa mengeluh kini menjadi gemar berzikir, tangan yang gemar menggenggam dunia kini menjadi ringan berbagi, dan hati yang berdebu kini lebih banyak bersujud.
BACA JUGA:Qudrotul Ikhwan-Hankam Hasan Ajak Seluruh Elemen Masyarakat Bersatu Bangun Tuba
Lihatlah bagaimana Rasulullah dan para sahabat nabi dalam menjalani Ramadan.
Selain berpuasa, salat tarawih dan itikaf, mereka juga memperbanyak tilawah Alquran, memperbanyak bersedekah, dan lebih bersemangat dalam melakukan amal saleh.
Enam bulan sebelum Ramadan mereka berdoa agar Allah dipertemukan dengan bulan Ramadan dan enam bulan setelahnya mereka berdoa agar amal ibadah mereka diterima.
Begitulah kesungguhan mereka. Sebab, mereka memahami betapa berharganya bulan Ramadan.
Lalu, bagaimana dengan kita? Sudahkah Ramadan ini menjadi momentum perubahan bagi diri kita?
Ataukah kita masih terjebak dalam kebiasaan lama, menjadikan puasa sekadar rutinitas tanpa makna?