Studi Tiru Lebih Banyak Unsur Bisnis

Gino Vanollie, S.Pd., M.H.-FOTO IST-
BANDARLAMPUNG - Kegiatan studi tiru baik itu melibatkan kepala sekolah, guru, maupun murid kini menjadi sorotan dan pertanyaan banyak pihak. Ketua Dewan Pakar Forum Martabat Guru Indonesia (FMGI) Provinsi Lampung Gino Vanollie, S.Pd., M.H. mengatakannya wajar karena salah satunya ada ketidakpercayaan publik terhadap tujuan kegiatan tersebut.
Sejatinya, kata Gino, program-program studi tiru ini sesuai dengan tujuannya. Seperti mencari komparatif pendidikan yang lebih maju di tempat lain untuk kemudian bisa ditiru.
’’Kalau itu saya pikir tidak ada persoalan. Tetapi, kita menilai hal ini berbanding terbalik dengan keadaan saat ini. Di mana, kegiatan ini lebih banyak unsur bisnis pihak tertentu daripada substansinya sendiri," ujarnya kepada Radar Lampung, Senin (3/4).
BACA JUGA:Tetap Berenergi Selama Ramadan, Atur Pola Tidur!
Menurutnya malah banyak kegiatan studi tiru atau studi banding dan sejenisnya menimbulkan korban. Itu karena pengawasannya lemah. Kemudian pihak travel juga lebih mementingkan untung, tidak mengutamakan keselamatan dan persoalan lainnya.
Lebih lanjut, Gino mengatakan kenekatan para kepada sekolah negeri atas izin Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandarlampung melakukan studi tiru belum lama ini dan masih menjadi sorotan publik adalah bentuk pembangkangan dan hilangnya rasa empati yang sudah disuarakan banyak pihak. Apalagi, gubernur juga sudah melarangnya dan Pemerintah Pusat kini tengah menggencarkan efisiensi anggaran.
"Tapi dengan bermacam-macam dalih, kegiatan ini terus dilaksanakan. Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang ikut terlibat di dalamnya adalah orang yang tidak punya sikap aspiratif dan kearifan kebijakan sehingga tetap memaksakan kemauan. Dan, ini adalah problem ýang harus menjadi perhatian bagi pimpinan daerah, mulai bupati, walikota, gubernur, dan pusat," tegasnya.
Gino menilai watak-watak seperti ini harus betul-betul menjadi perhatian. Meskipun baik Disdik maupun Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) SD yang mengoordinatori kegiatan tersebut kompak menyebutkan atas pembiayaan pribadi kepala sekolah. Tapi itu sangat besar uangnya. Menurutnya banyak hal yang bisa dilakukan dengan uang sebanyak itu oleh kepala sekolah.
Tegasnya kalaupun uang itu keluar dari kantong para kepala sekolah sendiri perlu dipertanyakan lagi. Apalagi mengambil dari dana lainnya di sekolah.
”Kemudian meskipun keberangkatan mereka tidak ada pemaksaan baik dari K3S SD maupun Disdik Bandarlampung, kalau Kepala Dinas memberikan izin dan arahan, mana berani para kepala sekolah menolaknya,” ucapnya seraya mengingatkan agar Kepala Disdik Bandarlampung agar tidak melibatkan diri pada hal yang tidak terlalu penting.
"Kepala Disdik sudah seharusnya berubah untuk tidak lagi terlibat dalam hal seperti ini. Kita harus masuk kembali terhadap dasar pendidikan. Karena dibandingkan tempat lain, pendidikan kita serba tertinggal. Harusnya konsen di situ, bagaimana memberikan pendidikan ýang nyaman, kepala sekolah dan guru fokus, tidak dibebani hal di luar tujuan pembangunan dunia pendidikan," ingatnya.
Diketahui, keberangkatan jalan-jalan senyap 167 kepala SDN se-Kota Bandarlampung ke Solo, Malang, dan Jogjakarta menggunakan tiga bus Travel and Tour PT Tampia Star Life bocor. Akibatnya, rundown kegiatan yang dikemas dalam Studi Tiru Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) SD Kota Bandarlampung yang harusnya berlangsung dari 22 hingga 27 Februari 2025 pun jadi berantakan.
Menurut sumber tepercaya Radar Lampung, ini bukan karena hanya Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Bandarlampung Eka Apriana dan Ketua K3S SD Bandarlampung Kusrina membatalkan rencana keduanya menyusul untuk membersamai rombongan di Jogjakarta. Melainkan, rombongan juga diperintahkan untuk pulang lebih cepat setelah mengetahui kegiatan tersebut mencuat.
Padahal, lanjut sumber Radar Lampung, para kepala sekolah sudah membayar biaya yang sangat mahal. Yaitu Rp4.350.000 per kepala sekolah dari yang sebelumnya Rp4.850.000, tetapi Rp500.000-nya dikembalikan karena rute perjalanan ke Bali dihilangkan. ’’Bakan bagi kepala sekolah yang juga menjadi Plt. kepala di sekolah lain, itu bayarnya dobel,” ucapnya.