Mimbar Demokrasi Surabaya Serukan Tolak Pemimpin yang Mencoreng Konstitusi
SURABAYA - Acara bertajuk ‘Mimbar Bebas, Mahasiswa Bergerak Melawan Degradasi Demokrasi Perusak Moralitas Bangsa’ merupakan bentuk perlawanan yang merusak terhadap persoalan moralitas bangsa yang terjadi belakangan ini, seperti penggunaan kekuasaan dalam membangun dinasti politik.
Selain perwakilan BEM kampus di Jawa Timur, Ketua BEM Universitas Indonesia 2023 Melki Sadek ikut hadir dalam gelaran Mimbar Demokrasi ini. Juga seniman dan budayawan Eros Djarot serta Butet Kertaradjasa. Mereka berorasi secara bergantian menyampaikan keresahan terhadap kepemimpinan para pemangku kebijakan di Indonesia.
“Kami mahasiswa ingin kembali mengulik demokrasi jangan sampai dihancurkan. Seperti diketahui, konstitusi sebagai dasar negara kita telah diobrak-abrik dengan adanya keputusan MK kemarin mengenai batas usia cawapres. Di sini kami seluruh mahasiswa berkumpul untuk bertarung secara akademik,” tegas Wakabid Advokasi Politik DPD Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Jawa Timur, Bagus Raditya dalam orasinya sebagaimana keterangan tertulis yang diterima.
Ketua BEM Universitas Indonesia (UI) Melki Sadek menyatakan bahwa mimbar demokrasi ini merupakan bukti bahwa mahasiswa, khususnya generasi-Z tidak tertidur melihat ketidakadilan di Indonesia.
“Kami peka dan kritis tentang kebijakan publik yang akan berdampak pada demokrasi ke depannya. Saatnya kita menentukan. Memilih calon yang mencoreng konstitusi atau yang berjalan sesuai konstitusi,” tegasnya.
Budayawan Butet Kartaredjasa yang hadir memberikan semangat kepada ribuan mahasiswa menegaskan bahwa apa yang terjadi saat ini menggambarkan bahwa Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
Seseorang yang dipercaya membawa kesejahteraan demokrasi justru ujung-ujungnya mencederai demokrasi itu sendiri.
Baginya, apa yang dilakukan mahasiswa saat ini, yakni berkumpul dan menyuarakan pendapat adalah ikhtiar menyelamatkan bangsa dan negara.
“Saya dan berjuta rakyat Indonesia sejak Oktober lalu kena prank. Kami menjaga role model pemimpin yang bisa dibanggakan tiap zaman, tapi gagal. Kita berkumpul untuk duka demokrasi yang sama. Ini ikhtiar untuk menyelamatkan bangsa dan negara, jangan sampai alat negara digunakan untuk mencederai demokrasi,” tegasnya.
’’Inilah saatnya untuk melawan,” timpal seniman Eros Djarot. (dil/jpnn/c1/abd)