Neraca Perdagangan RI Surplus 56 Bulan Berturut-turut
Ilustrasi angkutan peti kemas pada aktivitas ekspor-impor.--FOTO ISTIMEWA
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus selama 56 bulan berturut-turut. Per Desember, neraca perdagangan surplus sebesar USD2,24 miliar.
’’Neraca perdagangan telah mencatatkan surplus selama 56 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta Pusat, Rabu (15/1).
Amalia menjelaskan, surplus pada Desember 2024 terjadi karena kinerja ekspor yang mencapai USD23,46 miliar. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan nilai impor yang tercatat sebesar USD21,22 miliar.
Adapun komoditas yang menyumbang surplus, yakni bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja. Di samping itu, pada saat yang sama neraca perdagangan migas tercatat defisit sebesar USD1,6 miliar.
"Yang komoditas penyumbang utama defisitnya adalah hasil minyak bumi dan minyak mentah," jelas Amalia.
Berdasarkan catatan BPS, nilai ekspor di penghujung 2024 mengalami penurunan sebesar 2,24 persen mencapai USD23,46 miliar. Nilai ekspor migas tercatat USD1,54 miliar atau naik 17,12 persen. Sedangkan nilai ekspor nonmigas tercatat turun sebesar 3,36 persen dengan nilai USD21, 92 miliar.
Adapun penurunan nilai ekspor secara bulanan terutama didorong oleh penurunan ekspor nonmigas, yaitu pada komoditas mesin dan peralatan mekanik dan bagiannya atau HS 84, nikel dan barang daripadanya atau HS 75, serta bijih logam, terak dan abu atau HS 26.
Sementara itu, nilai impor tercatat sebesar USD21,22 miliar atau naik 8,10 persen dibandingkan bulan lalu. Amalia merinci impor migas senilai USD3,3 miliar atau naik 28,26 persen dan nonmigas mencapai USD17,93 miliar atau naik 5,06 persen.