Hendri Satrio Kritik Pernyataan Raffi Ahmad Terkait Polemik Mobil Dinas RI 36
KEBINGUNGAN PUBLIK: Hendri Satrio menilai ada kebingungan publik terkait pernyataan Raffi Ahmad tentang iring-iringan mobil dinas RI 36 yang viral.-FOTO DISWAY -
JAKARTA – Analis komunikasi politik Hendri Satrio memberikan kritik terhadap pernyataan Raffi Ahmad terkait polemik iring-iringan mobil dinas RI 36 yang baru-baru ini menjadi viral. Polemik itu muncul setelah aksi pengawalan patwal yang dinilai arogan di jalan raya.
Menurut Hendri, ada dua hal dalam pernyataan Raffi yang patut dicermati. Pertama, Hendri mencatat pernyataan Raffi bahwa dirinya tidak berada dalam mobil pada saat kejadian tersebut. Kedua, klaim Raffi mengenai penyebar video yang telah meminta maaf, yang justru menambah kontroversi lebih lanjut.
“Ada dua hal yang mengganggu publik. Pertama, dia mengaku tidak berada di dalam mobil saat iring-iringan itu berlangsung. Kedua, pernyataan mengenai penyebar video yang sudah meminta maaf,” ungkap Hendri Satrio kepada wartawan pada Senin (13/1).
Hendri menilai bahwa pernyataan Raffi tentang ketidakhadirannya dalam mobil justru membingungkan. Mengingat, mobil dinas dengan plat RI 36 tersebut diketahui milik Raffi, namun ia mengklaim tidak berada di dalamnya saat iring-iringan terjadi.
“Jika dia tidak ada di dalam mobil, lalu mengapa mobil itu dikawal? Apakah pengawalan dilakukan terhadap mobil atau pejabatnya? Dan siapa yang berada di dalam mobil tersebut?” lanjut Hendri, yang mempertanyakan logika di balik pernyataan Raffi.
Selain itu, Hendri juga menyoroti pernyataan Raffi yang menyebutkan bahwa penyebar video telah meminta maaf. Pernyataan ini, menurut Hendri, justru menimbulkan spekulasi baru di masyarakat.
“Pernyataan tentang permintaan maaf dari penyebar video ini membuat orang bertanya-tanya, apakah Raffi mungkin memberikan tekanan kepada penyebar video tersebut? Jika iya, apa dasar tekanan itu? Apakah Raffi merasa terancam?” ujar Hendri.
Hendri juga melihat adanya masalah komunikasi serupa pada Miftah Maulana, atau Gus Miftah, yang pernah mendapatkan kritik karena mengolok-olok seorang pedagang es teh meskipun ia menjabat sebagai utusan khusus presiden.
“Masalahnya sama, komunikasi yang kurang bijaksana. Miftah tidak sadar bahwa ia adalah utusan khusus presiden saat mengolok-olok pedagang es teh. Raffi juga tidak menyadari posisinya saat berbicara soal mobil itu,” jelas Hendri.
Sebagai solusi, Hendri menyarankan agar Presiden Prabowo Subianto mengevaluasi posisi Raffi sebagai utusan khusus presiden. Evaluasi ini dianggap penting untuk menjaga integritas jabatan tersebut di mata publik.
“Evaluasi terhadap Raffi sangat penting agar kita bisa memastikan bahwa seseorang yang menduduki posisi sebagai utusan khusus presiden benar-benar kompeten dan memberikan kontribusi positif, bukan justru menimbulkan kontroversi seperti ini,” tutup Hendri. (disway/c1/abd)