Bencana Alam hingga Laka Bayangi Nataru
Kemudian Exit Tol Terbanggi Besar dan Simpang Tiga Terbanggi Besar; Pasar Bandar Jaya dan Exit Tol Sugih KM 60+700; KM 52+200 Kota Metro; serta Pantai Pasir Putih.
Sedangkan untuk ruas jalan nasional rawan kecelakaan berada di ruas Way Galih sampai Bergen (Tanjakan PJR) dan ruas Bengkunat sampai Sanggi (Tanjakan Sedayu).
Tentu menurut Susan Novelia dari pemetaan daerah-daerah rawan di ruas jalan nasional ini, BPJN Lampung akan melakukan berbagai tindakan.
Seperti antisipasi banjir sudah dilakukan pengecekan dan pembersihan saluran atau drainase di ruas-ruas jalan nasional.
Antisipasi longsor dengan mengidentifikasi daerah lereng dimana selama musim kemarau panjang mengalami rekahan-rekahan serta melakukan pembersihan saluran di daerah-daerah lereng.
Sedangkan jika terjadi banjir dan tanah longsor pihaknya telah mempersiapkan penanganan agar tidak mengganggu lalulintas.
"Penanganannya, kalau terjadi banjir/genangan air harus segera surut dalam waktu dua jam, PPK dan tim lapangan standby di lapangan," ucapnya.
"Penanganan jika terjadi longsor, sejumlah alat berat, material dan operator alat berat ditempatkan di posko dan daerah rawan bencana di bawah penangangan PPK dan tim di lapangan," ungkapnya.
Lanjut Susan Novelia, ada 11 posko yang disiapkan tersebar di lintas timur, lintas tengah, dan lantas barat.
"Alat-alat berat disiagakan di posko-posko tersebut. Personil dari tim lapangan, petugas siaga di posko, sistemnya per shift. Personil dari BPJN Lampung," ungkapnya.
Sedangkan terkait penanganan daerah rawan kemacetan dan kecelakaan, BPJN Lampung akan berkoordinasi dengan Ditlantas/Satlantas dari Polres terdekat, dengan Dishub provinsi/kota/kabupaten, dan BPTD dari Kemenhub.
’’Kalau berapa lama posko ini kita menunggu arahan pimpinan. Kalau melihat tahun lalu (siaga nataru, Red) dari 20 Desember sampai 5 Januari," tandasnya. (pip/c1/fik)