Pertemuan Tahunan BI, Paparkan Kondisi Perekonomian
--
Beliau melanjutkan, dari sisi Inflasi, Indonesia cenderung stabil di angka 2,6%. Namun, tetap harus berhati-hati terutama untuk bahan pangan. “Semuanya harus bisa mengantisipasi segala skenario ke depan dan cepat dalam merespon perubahan. Harus ada strategi besar di hilirisasi sebagai penggerak ekonomi nasional untuk membuka lapangan kerja dan menopang ekonomi berkelanjutan,” lanjut dia.
Setelah menyaksikan rangkaian PTBI Nasional, peserta melanjutkan sesi dengan mengikuti pemaparan dari BI di tingkat daerah. Dalam kesempatan tersebut, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Lampung Irfan Farulian memaparkan kondisi perekonomian Lampung kedepannya. Menurut beliau, di tengah tantangan multi dimensi, pemulihan ekonomi Lampung tahun 2023 terus berlanjut. Pertumbuhan ekonomi Lampung 2023 diprakirakan pada kisaran 4,2-4,6% (yoy).
Optimisme mendukung akselerasi konsumsi dan pemulihan investasi swasta, namun stance waspada kembali meningkat pada semester II 2023. Kinerja lapangan usaha utama perlu perhatian bersama untuk mengoptimalkan potensi konsumsi dan ekspor. Pemulihan sisi suplai (sektoral) perekonomian belum secepat sisi permintaan.
Sejalan dengan perkembangan inflasi regional dan nasional, inflasi Lampung kembali ke sasaran 3±1% pada akhir semester I 2023, didukung oleh terjaganya inflasi kelompok energi, tranportasi, dan sebagian bahan makanan dengan harga yang bergejolak.
“Inflasi Sumatera dan Indonesia kembali ke sasaran pada Mei 2023, sementara inflasi Lampung kembali ke sasaran pada Juni 2023,” kata Irfan.
Selain itu, dibutuhkan usaha keras untuk menjaga stabilitas harga pada akhir tahun 2023, terutama bahan pangan. Diantaranya beras, gula pasir, cabai merah, cabai rawit, bawang putih, dan daging ayam ras.
Masih terkait stabilitas harga, Irfan juga merasa perlu adanya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam TPID. Antara lain guna menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif.
“Misalnya dengan menggelar operasi pasar yang dilakukan secara terjadwal, penguatan hilirisasi dan kerjasama dengan mitra, penguatan BUMD pangan, hingga penguatan koordinasi dan komunikasi,” paparnya.
Sementara itu untuk industri perbankan, Irfan menjelaskan, pertumbuhan kredit perseorangan tetap kuat sejalan dengan peningkatan kredit konsumsi yang juga tercermin dari perlambatan DPK. Sementara itu, perkembangan kredit korporasi melemah dan perlu diwaspadai.
Kinerja pembiayaan UMKM dalam mendukung perekonomian sepanjang tahun 2023 tetap kuat, meski sedikit melambat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penyaluran kredit bank umum kepada UMKM di sektor-sektor utama tetap tumbuh positif, sementara realisasi pengakuan KUR tercatat terkontraksi dibanding tahun sebelumnya.
Lebih jauh dia menjelaskan, sinergi digitalisasi sistem pembayaran meningkatkan efisiensi dalam perekonomian. Pada sektor transaksi pemerintah daerah misalnya, Indeks Elektronifikasi Transaksi Daerah (IETPD) semester I Tahun 2023 tercatat sebesar 89,6% lebih tinggi dibanding 2022 sebesar 73,7% Peluang untuk tumbuh pada tahun 2024 lebih besar, namun perlu juga mewaspadai risiko dari sisi global dan domestik. Ketidakpastian global yang masih tinggi, dampak El Nino di 2024, serta risiko instabilitas pada tahun politik.
“Untuk itu Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Lampung telah mengeluarkan rekomendasi kebijakan, antara lain memperkuat produktivitas sektor primer dan tersier, menjaga permintaan domestik, serta memperluas inklusifitas, dan menurunkan kesenjangan,” pungkasnya. (adv)